aku kenal perempuan itu tiga bulan lalu
sebagai artefak asing dari jaman batu
ketika berdiri mematung mengayun mahkota
mengebul wewangi dupa dari tangkup tangan
mengeja bait-bait mantra di cerug jiwa
menyaksikan tuhan dalam pejam mata
di altar tua Bisamondho
—aku temani dia dengan seonggok sunyi
.
aku kenali lagi perempuan itu tiga hari lalu
sebagai artefak hologram dari jaman teknologi
ketika asyik bertelevisual melalui piranti nirkawat
memendarkan wangi kulit yang bertangkup blaser
mengejawantah simbol kontemporer dari puncak pikir
mempersaksikan tuhan dalam derap efisiensi
di kantin udon Stasiun Urasa
—aku temani dia dengan sejumput sunyi
.
aku lebih mengenal perempuan itu tiga jam lalu
kali ini sebagai artefak tuhan dari masa depan
ketika jemari lembutnya menggamit lenganku
mulut mungilnya membisik manja di telingaku
“Tuhanku lebih bermula dari jaman batu
dan tak berakhir di masa depan
Dia lebih dekat dari tengkuk
namun bukan di pelupuk”
aku terjaga dalam laju kereta ke Stasiun Nagaoka
—Dia masih temani aku kendati dalam sunyi
.
Ma Sun
Minamiuonuma-shi, Niigata, Dec 15th, 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H