Mohon tunggu...
Yogi Pratama
Yogi Pratama Mohon Tunggu... Lainnya - Bocah desa

Lahir di Brebes tepatnya di desa watujaya pada tahun 2001. Ambisius dalam berbagai hal yang disukainya. Terlahir dari keluarga kalangan menengah dan hidup layaknya anak pada biasanya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gajah Mada Penyebab Etnis Jawa dengan Sunda Dilarang Menikah

29 April 2020   16:08 Diperbarui: 29 April 2020   16:08 7082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambaran perang Bubat

Sebagian kalangan mungkin sudah pernah mendengar bahwasannya etnis Sunda dilarang menikahi etnis Jawa, begitu pula sebaliknya. Hal ini disebut sebagai pamali, atau yang dalam bahasa Indonesia berarti 'tidak boleh'. Apabila tetap melanggar peraturan adat tersebut maka hubungan keduanya tidak akan lama atau bisa bertahan tetapi akan banyak cobaan.

Namun siapa sangka bahwasanya peraturan ini lahir disebabkan oleh Mahapatih Amangkubhumi Majapahit Gajah Mada melalui perang Bubat. Sejarawan menilai bahwasanya Perang Bubat merupakan kecelakaan sejarah. Perang Bubat merupakan perang antara keluarga kerajaan Galuh Sunda dengan pasukan Bekel Jaka Mada atau Patih Gajah Mada. 

Latarbelakang terjadinya Perang Bubat adalah keinginan Gajah Mada untuk menaklukkan wilayah Sunda menjadi bawahan Majapahit. Merunut kebelakang kerajaan Sunda yang dipimpin oleh seorang raja bernama Maharaja Lingga Buanawisesa. Awal kisah dimulai dari Hayam Wuruk raja ke-4 Majapahit yang ingin mencari seorang permaisuri, raja menitahkan juru gambar untuk menggambar wajah putri-putri negara bawahan dan tetangga. 

Tak ada satupun hasil yang membuat raja merasa senang. Lalu raja mendengar bahwasannya ada seorang putri cantik dari Kerajaan Sunda yang bernama Dyah Pitaloka Citraresmi putri Maharaja Lingga Buanawisesa yang kecantikannya tersohor hingga kemana-mana. Sang Raja mengutus juru gambar untuk menggambar wajah putri yang tersohor itu. 

Berbeda dengan niat Gajah Mada yang ingin menyatukan Sunda menjadi wilayah Majapahit, dirinya menyusupkan beberapa orang kepercayaannya bersama dengan juru gambar tersebut. Orang-orang tersebut ialah Gajah Enggon, Ma Panji Elam, Pu Kapasa, Pu Menur, dan Pu Kapat. Sesampainya di Sunda orang suruhan itu menyampaikan pesan Gajah Mada supaya Sunda secepatnya menyerahkan diri pada Majapahit. 

Setelah misi selesai rombongan itu pulang ke Majapahit dan Hayam Wuruk tertarik pada sang putri Sunda dan berniat meminangnya. Tuan Anepaken diberi titah raja Hayam Wuruk untuk memberikan surat pada raja Sunda yang berupa lamaran kepada putri Dyah Pitaloka Citraresmi. Dan menyampaikan pula acara pernikahannya diadakan di ibukota Majapahit. 

Maharaja Lingga Buanawisesa menerima lamaran Hayam Wuruk dan segera mempersiapkan putrinya dan beberapa bangsawan istana bertolak menuju Majapahit. Pada saat dipantai air laut berwarna merah darah, yang berarti rombongan raja tidak akan pulang kembali ke Sunda, namun sang raja tidak memperdulikannya. 

Sesampainya di Bubat, daerah bawahan Majapahit datang seorang utusan Gajah Mada menghadap Lingga Buanawisesa. Dirinya menyampaikan pesan bahwa agar secepatnya Dyah Pitaloka Citraresmi diserahkan pada Hayam Wuruk sebagai tanda takluk Sunda atas Majapahit. Maharaja Lingga Buanawisesa merasa dirinya dikhianati. 

Singkat cerita rombongan keluarga Maharaja Lingga Buanawisesa bertempur dengan pasukan Gajah Mada di Bubat. Karena kurangnya persiapan pasukan Sunda dapat diluluh-lantakkan oleh Gajah Mada. Maharaja Lingga Buanawisesa tewas di medan perang dengan beberapa abdinya, mengetahui sang ayah tewas Dyah Pitaloka Citraresmi bunuh diri di Bubat. 

Mengetahui kejadian ini Hayam Wuruk merasa sangat menyesal dan mengutus Darmadyaksa dari Bali untuk meminta maaf pada Patih Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati yang menjabat sebagai raja Sunda sementara. Darmadyaksa juga menyebutkan bahwa peristiwa tersebut akan dimuat dalam Kidung Sunda atau Kidung Sundayana. 

Setelah itu Hayam Wuruk melaksanakan upacara besar untuk menghormati orang-orang Sunda yang tewas. Dan pasca perang Bubat pula hubungan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada menjadi renggang. Dikalangan kerajaan Sunda diberlakukan peraturan 'esti larangan ti kaluaran' yang salah satu isinya berupa dilarang menikah dengan luar kerabat Sunda atau pihak timur kerajaan Majapahit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun