Beberapa kosakata yang selama ini tidak terlalu menjadi perhatian masyarakat, namun sekarang agaknya sedikit sensitif di beberapa kalangan masyarakat. Kosakata itu adalah menistakan, mayoritas, dan minoritas. Menistakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah menjadikan (menganggap) nista; menghinakan; merendahkan (derajat dan sebagainya). Mayoritas menurut KBBI artinya  jumlah orang terbanyak yang memperlihatkan ciri tertentu menurut suatu patokan dibandingkan dengan jumlah yang lain yang tidak memperlihatkan ciri itu.Â
Sementara itu minoritas memiliki arti menurut KBBI adalah golongan sosial yang jumlah warganya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan golongan lain dalam suatu masyarakat dan karena itu didiskriminasikan oleh golongan lain itu. Â Kejadian yang menyebabkan kosakata tersebut menjadi perhatian beberapa kalangan tak lain dan tak bukan adalah kasus Ahok/Basuki Tjahaja Purnama yang merupakan Gubernur DKI Jakarta non-aktif.
Kasus ini menjadi perhatian masyarakat setelah muncul sebuah video yang diunggah ulang oleh sebuah akun di salah satu media sosial. Dalam artikel ini saya tidak ada maksud dan niatan apapun untuk mendukung salah satu pihak dari kasus Ahok ini.
Sesungguhnya kata mayoritas dan minoritas hanyalah sebuah angka atau jumlah yang bersifat kuantitatif. Namun terkadang beberapa pihak memanfaatkan "kekuatan" mayoritas tersebut untuk mendiskriminasikan kaum minoritas. Dan terkadang beberapa kaum minoritas pun merasa akan selalu tertindas dan terbiasa oleh ketertindasan tersebut. Apabila dalam suatu masyarakat, kaum mayoritas merasa 'superior' dan kaum minoritas merasa 'inferior', maka keadaan masyarakat akan selalu berpedoman pada hukum rimba.Â
Maksud dari hukum rimba di sini adalah siapa yang paling kuat/dominan, maka pihak tersebut akan selalu menindas pihak yang lebih lemah. Karena seganas-ganas nya seekor singa, ia pun akan kalah apabila harus mengahadapi ribuan kerbau meskipun kerbau tersebut tidak memangsa singa tersebut. Oleh sebab itu, kembali harus kita ingat bahwa 'mayoritas' dan 'minoritas' hanyalah sebuah angka.
Dalam kasus Ahok, sebagian masyarakat ada yang beranggapan beliau menistakan Agama Islam dan sebagian lainnya beranggapan beliau hanya beropini agar masyarakat tidak dibohongi pakai Q:S Al-Maidah ayat 51. Masalah ini menurut saya masih bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan karena ini menyangkut masalah agama dan keyakinan. Mengapa dengan cara kekeluargaan? karena ini menyangkut masalah yang sensitif sehingga bila diselesaikan secara hukum, maka dikhawatirkan akan timbul rasa dendam/kebencian dari salah satu pihak. Namun kita harus menghargai proses hukum yang sedang berlangsung sekarang.
Dan apa yang harus dilakukan oleh seorang muslim dan juga sebagai seorang Warga Negara Indonesia? Apabila anda berpendapat Ahok memang menistakan Agama Islam, maka sebaiknya anda cukup membenci kasusnya ini, bukan karena anda membenci Ahok karena agama dan ras nya. Karena dari sisi negatif beliau, masih banyak hal positif yang telah beliau perbuat. Lalu apabila anda berpendapat bahwa Ahok tidak menistakan Agama Islam, maka sebaiknya anda tidak beranggapan bahwa orang yang berlainan pendapat dengan anda adalah orang yang tidak menjunjung tinggi NKRI.
Namun sebagai warga negara yang baik, alangkah lebih baiknya apabila kita melihat suatu hal dari dua sisi. Karena dengan itulah kita mempergunakan hak kebebasan kita dengan baik. Dan dari informasi yang kita dapatkan dari dua belah pihak, maka kita dapat menimbang dan bersikap dalam menghadapi suatu permasalahan. Janganlah menjadi orang yang 'close minded' yaitu orang yang hanya mau menerima informasi yang diinginkan dan menganggap informasi lain merupakan kebohongan. Jadilah orang yang 'open minded' yaitu orang yang dapat menerima informasi dari dua belah pihak.
Dan dalam kasus Ahok, di satu sisi menurut saya beliau seharusnya tidak meyinggung Agama Islam yang merupakan mayoritas di Indonesia meskipun beliau tidak memiliki niatan untuk menistakannya. Karena selama ini banyak orang yang kontra terhadap beliau sehingga perkataan yang sensitif terhadap masyarakat akan dengan mudah dipermasalahkan meskipun beliau tidak ada niatan apapun. Di sisi lain, kejadian yang berlangsung di Kepulauan Seribu itu sudah berlalu dan Ahok telah meminta maaf kepada umat muslim. Apa salahnya bila kita memaafkan beliau karena beliau tidak berniat untuk menistakan agama. Bukankah kita semua diajarkan untuk saling memaafkan? Dan bukankah Allah SWT adalah Maha Pengampun lagi Maha Pemaaf? Sudah seharusnya kita memaafkan seseorang bila ada kesalahan dan menasihatinya, bukan menghukum dan menuntaskan nafsu kebencian karena keadaan mayoritas dan minoritas.
Dan bila anda membenci seseorang atau suatu kaum, tidakkah anda sadar bahwa Allah tetap mengasihi mereka di dunia. Karena Allah adalah Zat yang Maha Berkuasa. Mungkin saja Allah menciptakan manusia dalam satu kaum sehingga tidak ada perbedaan suku, ras, dan agama. Dan pada akhirnya di dunia tidak akan ada istilah 'mayoritas' dan 'minoritas'. Namun bukankah Allah SWT menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal? Maka dari itu, janganlah menjadi orang yang sombong akan kebenarannya lalu menghujat orang yang berbeda dengannya walaupun dirinya memang benar. Karena sebenar-benarnya manusia, tetap tak luput dari kesalahan.
Intinya, bila anda berada dalam posisi 'minoritas', maka janganlah anda merasa 'mayoritas' berhak mengitimidasi anda. Dan bila anda ada dalam posisi 'mayoritas', maka janganlah semena-mena dalam bersikap terhadap 'minoritas'.Â
Mohon maaf bila banyak salah atas artikel saya karena saya bukan ahli apapun.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H