Banyak dari masyarakat mengira bahwa satu-satunya platform media sosial yang relevan dalam pertumbuhan karir adalah LinkedIn. Pada kenyataannya, Instagram dan Twitter juga banyak dijadikan wadah untuk menciptakan personal branding terkait jalur karir yang ditekuni seseorang. Pada Instagram dan Twitter misalnya, seorang pengembang teknologi akan lebih banyak mengikuti topik pembahasan yang berhubungan dengan IT. Ia akan berbagi pengetahuan serta ide yang relevan terhadap dunia IT, memberikan tips serta pengalaman guna memberitahukan audiens bahwa Ia merupakan spesialis IT.Â
Hal tersebut memungkinkan seseorang untuk belajar dan berkenalan dengan orang-orang yang mungkin dapat membantu mereka mencapai citra pribadi yang mereka inginkan. Â Selain itu, cara seseorang mengomentari, menyukai, maupun mengunggah hal yang berhubungan dengan jalur karirnya juga menggambarkan bahwa ia benar-benar memiliki minat pada bidang tersebut. Branding seperti ini akan meningkatkan kepercayaan rekruter untuk mempekerjakan kandidat yang memiliki ketertarikan yang dalam pada suatu bidang karena kandidat tersebut dipercaya memiliki potensi yang tinggi untuk berkembang.Â
Menurut Datacheckinc.com, Berbeda dengan Twitter, LinkedIn memiliki fitur-fitur khusus yang memberikan wawasan menarik terkait calon kandidat. Dua diantaranya adalah LinkedIn's Mutual Recommendations dan LinkedIn's Skills and Endorsements (How to Find the Right Employees on LinkedIn, 2020). Koneksi dari LinkedIn dapat mengungkapkan banyak hal tentang kehidupan profesionalnya. Dari koneksi tersebut, dapat terlihat seberapa luas jangkauan orang-orang yang memberikan rekomendasi dan ulasan, serta apakah yang merekomendasikannya merupakan seseorang yang juga berada dalam bidang yang sama. Fitur ini juga dapat berfungsi untuk melakukan verifikasi identitas bagi calon kandidat sehingga rekruter dapat menilai melalui pertimbangan eksternal.
Media sosial sebagai portofolio alternatif bagi para kandidat
Media sosial telah menjadi faktor penting bagi para profesional dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tidak jarang para calon kandidat memanfaatkan media sosial untuk dijadikan portofolio dengan membuat akun khusus yang mengunggah karya-karya mereka. Karya tersebut dapat berbentuk foto, mockup, video, hingga tulisan-tulisan sesuai dengan bidang yang ditekuni.Â
Mencari bukti kualifikasi kandidat melalui media sosial mereka adalah langkah yang bagus. Rekruter dapat memverifikasi dukungan koneksi profesional mereka atas keahlian mereka, pada LinkedIn misalnya. Perusahaan juga dapat menemukan bukti sertifikat yang diperoleh, kursus selesai, dan bahkan pemberian gelar.
Secara khusus, terdapat beberapa bidang yang berkaitan erat dengan media sosial, seperti Public Relation (PR) dan industri kreatif. Menurut Matthews (2016), menguasainya dapat berarti meningkatkan tidak hanya koneksi antar profesional, tetapi juga kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan di bidang PR. Kemampuan yang baik dalam menggunakan media sosial lebih dari sekedar mempromosikan diri seseorang kepada profesional PR lainnya; Â kemampuan ini juga dapat menjadi bagian yang penting dari portofolio kandidat dengan memungkinkan mereka untuk mengekspresikan diri dan minatnya untuk membangun jaringan dan mempromosikan diri dengan benar (Elliot, 2016).
Pada media sosial, Twitter merupakan salah satu platform media sosial yang paling berguna untuk mengembangkan diri kandidat sebagai profesional PR, karena hanya dengan melihat tweets, rekruter dapat memahami seberapa dalam pengetahuannya mengenai bidang terkait, serta menggambarkan bagaimana ia melakukan komunikasi di hadapan publik. Selain itu mengungkapkan seberapa terkini mereka mengenai apa yang terjadi di bidang itu.
Selain itu terdapat Instagram bagi mereka yang ingin terlibat dalam sesuatu yang memiliki aspek visual, seperti industri kreatif. Instagram memiliki cara yang tepat untuk menunjukkan gaya dan preferensi pribadi seorang kreatif pada feeds atau unggahan-unggahan di laman pribadi mereka. Dilihat dari preferensi gaya desain, tendensi selera, hingga kegiatan kreatif yang mereka lakukan akan memudahkan rekruter menentukan apakah kandidat ini cocok untuk bekerja di kultur perusahaan mereka atau tidak.
Melakukan background checking melalui media sosial dapat meningkatkan efektifitas proses perekrutan yang dilakukan oleh perusahaan. Karena dapat merepresentasikan penggunanya, media sosial memungkinkan rekruter untuk mengetahui fakta yang tidak akan terungkap pada berkas lamaran calon kandidat. Seperti halnya moralitas yang dimiliki seseorang, hal ini tidak dapat dinilai dari resume/CV yang diajukan oleh seorang pelamar pekerjaan.Â
Mengecek media sosial karyawan juga dapat mengonfirmasi apa yang mereka klaim tentang latar belakang dan kemampuan mereka melalui portofolio dalam bentuk media sosial. Semakin baik personal branding yang mereka ciptakan, semakin meyakinkan perusahaan bahwa mereka bisa menjadi karyawan yang berkontribusi dalam perkembangan perusahaan.