Mohon tunggu...
Thariq Warsahemas
Thariq Warsahemas Mohon Tunggu... -

Seorang anak laki-laki yang tinggal di sudut Bekasi Timur. Hobi saya saat ini menulis, fotografi, dan membaca, walau kadang ada bosannya juga. Kesimpulannya, I'm the boy who finding the truth in this small world.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

DI ATAS BATU PUTIH

5 Februari 2011   11:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:52 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

P

osisiku sekarang di Pulau Bangka, tepatnya dipinggiran pantainya yang penuh dengan batu-batu karang putih besar. Aku pernah melihat pemandangan ini di film “Laskar pelangi”. Mirip dengan pantai di pulau tetangga nya, Belitung. Bedanya, batu karang disini kalah besar dengan batu karang yang ada di pulau tetangganya. Setelah melewati jalan sempit berliku dan memanjat batu karang, aku akhirnya sampai di puncak salah satu batu karang yang besar. Ku edarkan pandangan keselilingku.

Pemandangan yang kulihat lebih dari cukup untuk membuatku berdecak kagum. Laut biru yang berombak tenang dan berkilau mebentang sampai cakrawala. Ombak sedang berusaha mengkikis batu karang putih besar-besar yang kokoh berdiri di pantai. Menolak untuk takluk dihancurkan ombak. Menghasilkan suara orkestra alam yang tidak kalah indah dengan orkestra Mozart atau Beethoven. Aku juga disambut oleh angin laut segar berbau asin kesukaanku. Aku duduk diatas salah satu batu putih dan memandang kelaut lepas.

Apa yang kulihat membuat hatiku bertasbih dan pikiranku hanyut dalam renungan. Inilah mahakarya sang seniman besar. Tidak ada seorang mahluk pun yang dapat menciptakan karya seni yang seagung ini. Belum lagi, ini adalah sebagian kecil dari hasil kreasinya di alam yang luar biasa luas. Aku pun salah satu hasil kreasinya. Aku merasakan kebesaran Allah yang sering aku lupakan. Aku merasa kecil, lebih kecil dari setitik debu yang tak berarti, di alam semesta yang luas seperti tak berujung.

Angin yang berhembus, ombak yang menghantam karang, laut yang berombak, Matahari yang bersinar di pagi hari, bahkan batu yang jatuh terguling adalah hal-hal biasa. Tetapi, sebenarnya mereka sedang bertasbih dan beribadah kepada penciptanya. Mereka patuh kepada hukum alam. Atau lebih tepatnya, hukum Allah. Aku merasa malu dengan alam. Pasalnya, aku yang ditunjuk sebagai salah satu khalifah di bumi sering tidak melaksanakan perintah Allah. Malah sering melakukan apa yang di larangNya. Duh...

Ya Allah.. Aku hanyalah hamba mu yang paling kecil dan hina ya Allah... Maafkan dosa-dosa ku Ya Gaffar.. tunjukkan kepada kami bahwa yang benar adalah yang benar, dan berilah kami kekuatan untuk melaksanakannya. Dan tunjukkan kepada kami bahwa yang salah adalah yang salah, dan beri kami kekuatan untuk menjauhi nya ya Allah.. doaku dalam hati.

Rasanya aku ingin terus disini. Mengagumi ciptaanya. Namun aku harus kembali untuk sarapan dan mandi. Karena itu, dengan enggan aku bangkit. Mengedarkan pandangan untuk terakhir kalinya. Aku bersyukur dilahirkan di negeri yang indah seperti Indonesia. Aku juga besyukur di beri Hidayah oleh Allah melalui alam Bangka ini. Terimakasih ya Allah. Terimakasih alam Bangka.

Aku pun beranjak pergi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun