Di asrama, Arshel, penuh rasa ingin tahu.
Horor merayap di sini, menjelma jadi buku.
Malam di asrama, rintihan angin pun berdentum,
Cerita seram berputar, isu mengerikan.
Manekin misterius di kelas 3-2, katanya,
Bergerak tanpa alasan, misteri tersembunyi.
Arshel mengajak teman, takut pun terlontar,
"Manekin 3-2, pernahkah kau berpindah?"
Teman skeptis berkata, meragukan cerita,
"Khayalan belaka, jangan percaya begitu saja."
Namun Arshel bertekad, untuk menemukan kebenaran,
Esok, matahari hampir terbenam, dia mengejar.
Di depan 3-2, hati berdebar dalam keheningan,
Senja menyinari kelas, misterius dan menakutkan.
Manekin di meja guru, terpandang jelas,
Arshel hanya bisa menatap, di luar kaca jendela.
Keringat dingin mengalir, hatinya bergetar,
Suara aneh, desiran di belakang, mengganggu sebentar.
Perlahan dia menoleh, tak ada apa-apa,
Leganya sejenak, keinginan untuk kabur pun terasa.
Namun manekin tiba-tiba berpindah, misterius,
Di depan jendela, mata kosong, menakutkan dan serius.
Bisikan-bisikan terdengar, seperti isyarat tak terkira,
Arshel harus pergi, atau mungkin malapetaka akan tiba.
Terpincang-pincang, dia berlari dari mengerikan,
Sekolah yang mencekam, pengalaman yang mengguncang.
Arshel bertekad, tak lagi menjelajah sendirian,
Kisah ini terukir dalam ingatan, misteri di senja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H