Integrated Coastal Zone Management atau ICZM adalah teori pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terpadu yang memiliki tujuan optimalisasi potensi dan pemberdayaan masyarakat yang berbudaya. Dengan kondisi Indonesia yang didominasi perairan, baik tawar maupun air, maka wilayah pesisir juga mendominasi. Wilayah pesisir sendiri dipahami sebagai perbatasan daratan dan lautan karena mengalami fenomena ekologis keduanya, sebagai contoh ada arus dan angin laut, tetapi ada juga aliran air tanah dan sedimentasi.Â
Wilayah pesisir identik dengan masyarakat yang kental akan budaya dan mengandalkan alam sebagai sumber pencahariannya. Hal ini berlaku juga di Desa Banjar Kemuning, Kabupaten Sidoarjo. Desa Banjar Kemuning terkenal dengan tambak udang dan penghasil kerang. Namun, kondisi besar yang dialami oleh sebagian besar masyarakat adalah minimnya pengelolaan limbah kerang sehingga menumpuk di sekeliling pemukiman dan vakumnya mata pencaharian ketika belum musim menangkap kerang. Kondisi ini memprihatinkan dan menjadi perhatian khusus bagi pihak Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat ITS (DRPM ITS) untuk melakukan sesuatu untuk wilayah ini.Â
Dirintis oleh Pak Fendy, Dosen Perencanaan Wilayah dan Tata Kota ITS, muncul ide untuk pemanfaatan limbah kulit kerang yang dikemas menjadi Kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik Infrastruktur yang bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI (PUPR RI). Kegiatan ini digerakkan oleh empat dosen lainnya dan 25 mahasiswa untuk turun langsung observasi hingga proses sosialisasi ke masyarakat.Â
Pak Fendy memulai pendekatan melalui Kepala Desa, sebagai pihak yang paling dekat dengan masyarakat, dan menyatakan ketertarikan untuk melakukan sosialisasi dan pengembangan ide untuk penanganan limbah kulit kerang ini. Setelah dirasa mulai ada konektivitas antara pihak ITS dan pihak Desa Banjar Kemuning, mahasiswa mulai bergerak untuk observasi lapangan. Observasi lapangan meliputi wilayah yang ditutupi limbah, efek nyata yang terjadi, dan proses tanya jawab dengan masyarakat setempat. Penulis yang saat itu berkesempatan langsung untuk datang ke lokasi menyadari bahwa ketika siang hari, aroma tidak sedap menyeruak di tumpuan limbah kulit kerang akibat ada cairan yang tertampung. Setelah dilihat lebih lanjut, selain tumpukan limbah yang mulai mengunung, di jalan setapak sepanjang desa, kulit kerang mulai menyatu dengan tanah walaupun terlihat samar. Hal ini menandakan bahwa limbah kulit kerang ini belum terkendali dan harus ada solusi.
Kulit kerang secara umum sudah dikenal dengan mineralnya yang tinggi dan kerap digunakan untuk campuran kosmetik atau bahan pangan unggas. Di sisi lain, mineral kulit kerang ini memiliki sifat agregat atau bahan yang bisa digunakan untuk membuat bahan bangunan atau paving block. Dengan uji coba sederhana di kampus dan persiapan alat yang sudah dirancang oleh DRPM, Tim KKN menghasilkan beberapa sampel yang lolos sebagai paving block untuk taman atau hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki.Â
Hasil sampel yang lolos dibawa Tim KKN ke Desa Banjar Kemuning untuk disosialisasikan. Para mahasiswa menyampaikan beberapa penjelasan mengenai manfaat dari limbah kulit kerang dan tanya jawab langsung dengan masyarakat. Pada kesempatan berikutnya, dilaksanakan simulasi penggunaan alat dan pemantauan langsung dari pihak Kementerian PUPR. Ada berbagai masukan beserta arahan dari pihak Kementerian PUPR dan semuanya ditampung sebagai evaluasi kegiatan dan catatan untuk kegiatan berikutnya. Puncak kegiatan yang dilaksanakan berupa penyerahan alat dan simulasi akhir bersama dengan semua pihak yang terkait.Â
Harapan ke depannya, dengan adanya alat pencacah limbah kulit kerang dan alat cetak paving block ini, masyarakat dapat mulai mengurangi limbah kulit kerang dan mengolahnya menjadi bahan yang lebih bermanfaat. Pemberdayaan ini belum sampai di tahap komersil, tetapi bisa menjadi awal yang bagus untuk memperkecil ukuran limbah sehingga bisa diserap oleh tanah. Pengelolaan ini sudah menerapkan teori ICZM, yaitu optimalisasi limbah dengan pencacahan dan produksi ke bentuk yang baru serta pemberdayaan masyarakat akan ilmu baru mengenai manfaat limbah di sekitarnya. Kegiatan ini mendapat respon baik dari masyarakat dan tahun 2024, DRPM ITS kembali mengadakan kegiatan serupa di Wilayah Kenjeran yang bertujuan memberdayakan masyarakat pesisir secara keberlanjutan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H