Mohon tunggu...
Thania Usamah
Thania Usamah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Marketing Public Relations

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

BRICS dan Tatanan Keuangan Global Baru, Akhir Dominasi Dolar?

25 November 2024   17:24 Diperbarui: 25 November 2024   23:13 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Langkah de-dolarisasi menjadi inti strategi BRICS untuk menciptakan kemandirian finansial. Upaya ini meliputi:

  1. Perdagangan Mata Uang Lokal:
    India dan Rusia telah mulai menggunakan Rupee dan Rubel dalam perdagangan bilateral, khususnya untuk transaksi minyak. Hal ini menjadi respons langsung terhadap sanksi Barat terhadap Rusia yang memotong aksesnya ke sistem keuangan berbasis dolar. Di sisi lain, China terus mempromosikan Yuan sebagai alternatif dalam perdagangan lintas negara, memperluas pengaruhnya di Asia dan Afrika melalui inisiatif seperti Belt and Road Initiative (BRI).

  2. Mata Uang Bersama:
    BRICS sedang mendiskusikan kemungkinan menciptakan mata uang bersama yang dapat digunakan dalam perdagangan intra-BRICS. Meskipun langkah ini memiliki potensi besar, tantangan seperti perbedaan struktur ekonomi dan stabilitas mata uang antar anggota menjadi hambatan utama. China, misalnya, menyumbang 70% dari total PDB BRICS, sementara Afrika Selatan hanya sekitar 3%, menciptakan ketidakseimbangan kekuatan ekonomi.

  3. Peran Yuan China:
    Yuan kini menjadi mata uang cadangan kelima terbesar dunia, menurut IMF (2023). Peningkatan penggunaan Yuan, terutama di negara-negara yang terlibat dalam proyek BRI, menunjukkan upaya serius China dalam mendorong de-dolarisasi global.

Tantangan dan Kelemahan BRICS

Meskipun memiliki visi yang ambisius, BRICS menghadapi beberapa tantangan utama:

  1. Ketidakseimbangan Ekonomi:
    China mendominasi ekonomi BRICS, yang dapat menimbulkan ketegangan dalam aliansi. Ketimpangan ini juga menciptakan risiko bahwa kebijakan kolektif lebih mencerminkan kepentingan China dibandingkan anggota lainnya.

  2. Ketegangan Politik Antaranggota:
    Hubungan antara China dan India sering kali tegang akibat sengketa perbatasan, mengurangi tingkat kepercayaan dan koordinasi antara kedua negara. Selain itu, sanksi Barat terhadap Rusia membatasi peran Rusia dalam aliansi.

  3. Keterbatasan Infrastruktur Keuangan:
    BRICS memerlukan sistem pembayaran lintas negara yang independen untuk mendukung perdagangan mata uang lokal. Saat ini, mereka masih bergantung pada sistem berbasis Barat seperti SWIFT, yang sering menjadi alat geopolitik.

Kebangkitan Tatanan Keuangan Baru

Langkah-langkah yang diambil BRICS mencerminkan kebangkitan dunia multipolar dalam sistem keuangan global. Dengan mendanai lebih dari USD 30 miliar melalui NDB, BRICS menunjukkan bahwa mereka mampu menjadi mitra pembangunan yang andal. Selain itu, diskusi tentang mata uang bersama, meskipun masih dalam tahap awal, mencerminkan ambisi mereka untuk menciptakan sistem alternatif yang lebih stabil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun