Mohon tunggu...
thamzilthahir tualle
thamzilthahir tualle Mohon Tunggu... journalist -

lahir di makassar. selalu mencoba menulis apa adanya bukan ada apanya!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sudarman Mengabdi 13 Tahun untuk Status CPNS

10 Oktober 2009   18:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:37 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SUDARMAN bukanlah orang mudah percaya pada peruntungan. Dia mengaku muslim taat. Prinsip hidup warga Dusun Sumpangbita, Balocci Baru, Kecamatan Balocci ini, sama dengan muslim kebanyakan di Pangkep. Bekerja, berdoa, lalu memasrahkan hidup pada Allah. “Semoga saya punya dalle (rezeki) ke Tanah Suci,” ujarnya seraya memejamkan mata.

Namun angka 13, begitu dekat dengan ketidakpastian nasibnya sebagai honorer di Taman Suaka Purbakala Sumpangbita, Pangkep. Di situs prasejarah terbesar di Sulsel ini, mempekerjakan 13 orang. Sebanyak 12 orang sudah PNS (pegawai negeri sipil).

“Eh, saya yang ke-13, satu-satunya yang masih honor kodong,” katanya kepada Tribun, di rumah jaga sekaligus pos retribusi pengunjung situs yang dikelola Suaka Purbakala Sulsel ini,1 Mei 2007.

Status honorer pria berusia 35 tahun ini sudah disandang 13 tahun. Selama 11 tahun dia mengabdi untuk UPT Suaka Purabakala Sulsel, sebuah unit pengelola teknis situs ini departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Dua tahun terakhir, dia menjadi “penjaga” teknis situs di kampung halamannya, purbakala Sumpangbita.

“Sejak tahun 2005, gaji saya jemput di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Pangkajene,” ujar pria yang ijazah terakhirnya distempel di SMP Balocci tahun 1990.

Sejak mengabdi 13 tahun lalu, sudah tiga kali dia menikmati kenaikan gaji. Uang kehormatan pertama, 13 tahun silam, dia kantongi Rp 180 ribu per bulan. Tahun 2001,dinaikkan jadi Rp 210 ribu. Tiga tahun terakhir, pemerintah daerah mengamplopi Rp 260 ribu setiap awal bulan.

Apakah gaji itu cukup menghidupi tiga anak, seorang istri, dan ibunya? Pria ceking ini terdiam sejenak. Biji jakun di jenjang tulang laringlehernya bergerak turun. Dia seperti menelan sesuatu, sesaat sebelum melepas senyum yang tertahan.

“Kalau disuruh bersyukur, genne’-genne’toni ini Pak, kasi’na, (yah pas-pasan lah Pak,” kata Sudarman dalam bahasa Bugis logat wilayah pegunungan timur Pangkep yang berbatasan dengan ujung barat Kabupaten Bone ini.

Meski begitu, Sudarman ogah disebut sial karena tuah buruk angka 13. “Saya Islam Pak, dilarang percaya yang begitu-begitu.”

Namun, sebagai manusiaSudarman butuh kepastian hidup, mengepulkan asap dapir keluarganya, menyekolahkan anaknya, dan memperbaiki rumah gubugnya. Dan bekerja dengan status honorer, dia mengaku berada ketidakpastian.

Sudarman hanyalah satu tamsil kebijakan pengangkatan PNS daerah. Untunglah, kebijakan yang mendahulukan honerer untuk pengangkatan jadi CPNS masih memberinya harapan.

Meski itu dia harus mengabdi sebagai aparatur pemerintah di level paling bawah.

Tanggung jawab Sudarman dengan 12 pekerja lainnya gampang-gampang susah. Jika menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan bagi orang kebanyakan, maka tidak bagi Sudarman. Menunggu, adalah cara dia mendapatkan rezeki halal.

Selain menunggui pengunjung situs, tanggungjawab pekerjaan Sudarman di situs peninggalan jaman batu (megalitikum), dia juga membersihkannya.

Butuh ketelatenan, rutinitas, dan siap menunggu dia membersihkan sekitar situs lalu menjaga pos. “Kalau ada tamu yang nginap kita jaga sampai pagi lagi,” katanya.

Mengabdi 13 sebagai penjaga situs purbakala, hidup Sudarman tak laiknya manusia purba. Meski sudah mendapat pendapatan tetap setiap bulan, sebagian besar hidup Sudarman masih tergantung pada kemurahan alam sekitaranya.

Dia mengaku beruntung tinggal di pedalaman. Panen sawah tadah hujan dan sungai yang membelah kampungnya bisa membantunya menutupi kebutuhan pangan dasar keluarganya. Di akhir musim hujan, seperti enam bulan terakhir, udang batu dan ikan air tawar bisa mengasupi kebutuhan protein hewani desa berpenduduk 780 KK itu. (thamzilthahir@yahoo.com)

disclaimer: pernah dimuat di harian Tribun_Timur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun