Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tjerito Boedak Tempino: Tidak Punya Sepatu

24 Januari 2023   08:11 Diperbarui: 24 Januari 2023   08:22 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri
Dokpri
" Mimpi angkau rupanya, tadi sebelum tidur indak mambaco doa"

Perasaan anak anak kecil seusia 12 tahunan sebenarnya cukup tegang dengan adanya ujian ujian segala. Sebenarnya dari nilai rapor Pak Guru sudah paham bagaimana kepintaran dan kebandelan (bukan bodoh) muridnya muridnya. Jadi buat apalagi ujian ujian yang sejatinya menjadi momok psikologis bagi anak anak kecil.

Waktu berangkat ke Bajubang untuk berjuang tiba.   Emak mengantarkanku ke sus (ruang pertemuan) Pertamina Tempino dekat pasar.  Disanalah kami disuruh berkumpul. Mak menyiapkan satu bungkusan kain (buntelan ?) isinya baju, celana dan buku buku.  Kami tak punya tas atau koper pakaian, hanya kain sarung yang diikat kuat itu bekal awak ujian. Awak juga melihat bungkusan kain dari kawan kawan, seperti mau pergi ke pesantren untuk mengaji rupanya.

Pak Guru mengabsen kami, satu satu naik truk, duduk diatas bangku kayu berhadapan.  Murid perempuan ada yang menangis.  Emak pun ikut segugupan menangis seperti mengantarkan orang naik haji.

Inilah pengalaman pertama kali meninggalkan kampong halaman. Awak terharu melihat Emak menadahkan tangan.  Beliau berdoa semoga anakku selamat di perjalanan dan bisa menjawab soal ujian. Lulus terbaik.  Mak mungkin lupa mengasih awak sedikit bekal  uang jajan, karena mak pikir, keperluan dikau ditanggung semuanya oleh Perusahaan Minyak Pertamina.

Menuju Bajubang 30 kilometer dari kampong  kami, melewati jalan berlubang besar.  Truk Pertamina terayun ayun, penumpang muda belia yang jarang jarang naik oto terguncang guncang. Anak anak perempuan mulai mules dan akhirnya muntah.

Pak Guru duduk di depan disebelah pak  sopir.  Untunglah kekuatan fisik anak kampong akhirnya bisa mengatasi musibah mabok darat itu.

Tiba di Bajubang, kami menginap di perumahan Pertamina.  Hanya dua kamar yang diberikan.  Satu untuk murid lelaki dan satu untuk murid perempuan.  Pak Guru di siapkan kamar khusus.

Tampak kasur tebal dan bantal gemuk di tebarkan di lantai, dibungkus kain seprai putih rapi. Kami berlompatan di atas kasur yang jarang jarang ditemui di dunia keseharian.  Budak Tempino  bergelut diatas kasur, ada yang koprol dan berguling guling.  Nikmat banget jadi orang kaya ya.

Kami jadi lupa tujuan utama ke sini, mau ikut ujian negara.   Seusai makan malam, Pak Guru mengumpulkan murid murid.  Beliau berpesan,

" Kalian  tidur yang nyenyak, tidak usyah belajar lagi, kalian murid pintar pintar, besok kita akan ujian. Berdoa mulai,..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun