Anda sudah pasti sering menonton perdebatan pendapat di lembaga terhormat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Demikian pula di televisi debat semakin seru ketika perbedaan itu semakin di kompori oleh presenter. Nah bagaimana dengan perbedaan pendapat di sosial media atau tepatnya di Whats app, facebook, twitter, atau di media online lainnya. Tentu saja perbedaan itu tetap ada bahkan semakin melebar karena perdebatan di dunia maya bisa dilakukan secara cepat dan memiliki durasi luar bisan lama nya. Ketika seseorang penulis menpublish opini, maka selalu ada resiko yang akan diterima. Tulisan itu bisa jadi dianggap kontroversial oleh para pembaca.
Sehubungan media sosial menyediakan fasilitas komentar maka wadah ini menjadi ajang saling silang pendapat. Dilihat dari komentar yang masuk dalam perdebatan itu tanpa di sadari akan terbentuk 4 kubu.
Keempat kubu meliputi :
- Kubu cuek (emang gue pikirin)
- Kubu pro opini penulis
- Kubu kontra opini penulis
- Kubu netral
Sikap Simpatik
Syukurlah dinamika perbedaan ini hanya di dunia maya sehingga resiko adu jotos antar perseteru seperti yang terjadi di gedung bundar senayan bisa dihindari. Beradu pendapat, mengeluarkan jurus argumentasi dan segala macam cara untuk mempertahankan pendapat dilakukan oleh para pendebat. Sejatinya mempertahankan pendapat itu berbanding lurus dengan harga diri, sehingga wajar saja bila kedewasaan dan keluasan wawasanlah yang akhirnya mengakhiri perdebatan tersebut. Syukurlah akhirnya perbedaan itu akhirnya mencair ketika kehabisan peluru dan biasanya bermuara kepada kesamaan pendapat bahwa kita memang tetap berbeda paham.
Sebagai penulis yang sudah mondok 11 tahun lebih di media sosial, awak banyak belajar dalam menyikapi perbedaan pendapat. Pada tahun pertama ber social media awak terkadang terpancing emosi juga terutama ketika menerima komentar yang rada rada nyeleneh. Namun akhirnya awak agak berubah sedikit, coba belajar memahami dan menghargai pendapat orang lain, bisa jadi awak yang kurang teliti atau kurang referensi ketika men publish suatu opini.
Selanjutnya awak semakin menyadari bahwa perbedaan itu adalah bentuk umpan balik (feed back) yang sangat berguna untuk introspeksi yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas tulisan kita sendiri. Sikap simpatik seperti ini ternyata membuat diri terasa lebih nyaman, aman dan tentram serta enak tidur setelah menekan tombol publish. Satu hal yang awak hindari adalah jangan sampai terjebak perdebatan tentang agama.