dok wajibbaca.com
Ketika guru ngaji menjewer kuping, rasanya dunia ini kiamat. Â Si Anu berbohong, itu saja salahnya. Â Dia berbohong tidak mengaji sore itu karena diajak teman teman mandi di-kali. Â Katanya kepada Tuan Guru bahwa dia sakit.Â
Inilah kebohongan kesekian dan akhirnya Tuan Guru mengetahui kelakuan buruk. Beliau  marah besar kemudian menghukum. Di cap pembohong . Ialah perilaku kenistaan, apalagi dilakukan kepada sosok ulama  yang sangat dihormati di kampung.Â
Bapak dan Mamak serta seluruh saudara marah sekal. Â Kenapa berani beraninya dikau berbohong. Â Bukankah berbohong itu adalah suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan yang selama ini yang sudah diberikan. Keluarga merasa malu, tercoreng kewibawaan akibat tabiat salah seorang anak yang suka berdusta kata.
Seketika teringat kisah itu setelah menyaksikan tayangan televisi ada  oknum pejabat berbohong.  Ketika ketahuan berdusta, apakah beliau merasakan di jewer kupingnya sama dengan kejadian diri si anu.  Ataukah urat malu nya sudah puutus sehingga cuek cuek saja amalah tertawa.
Ketika rakyat sampai mengatakan oknum pejabat  berbohong, maka patutlah semua orang merasa berkecil hati. Amanah yang diberikan di khianati. Sistem pengawasan memegang peranan penting untuk mencegah kebohongan publik yang mensensarakan rakyat.
Berbohong itu satu bagian saja dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Â Menyalahgunakan wewenang, melanggar peraturan. Â Semua berangkat dari niat berdusta untuk kepentingan pribadi.Â
Sesungguhnya kekecewaan rakyat sudah sampai dibatas akhir kesabaran. Â Apakah nanti ada tindakan hukum dari atasan ? Tentu semua bergantung pada keadaan. Â Apakah akan menyelamatkan nama baik institusi atau ingin melindungi teman sejawat. Wait and see.
Dijewer telinga menjadi merah. Â Tidak putus memang tetapi rasa malunya bukan kepalang. Â Namun semuanya bermuara kepada moral seseorang. Â Apakah rasa malu itu masih ada dalam kosa kata perbendahraan hati. Entahlah,...
Salamsalaman
BHP, 18 Juli 2020