Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Beda Pendapat vs Beda Pendapatan

8 Juli 2020   20:20 Diperbarui: 8 Juli 2020   20:34 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai penulis yang sudah mondok 19 tahun di kompasiana, awak banyak belajar dalam menyikapi perbedaan pendapat. Pada tahun pertama ber social media awak terkadang terpancing emosi juga terutama ketika menerima komentar yang rada rada nyeleneh.

Namun akhirnya awak agak berubah sedikit, coba belajar memahami dan menghargai pendapat orang lain, bisa jadi awak yang kurang teliti atau kurang referensi ketika men publish suatu opini. Selanjutnya  semakin menyadari bahwa perbedaan itu adalah bentuk umpan balik (feed back) yang sangat berguna untuk introspeksi yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas tulisan kita sendiri.Sikap simpatik seperti ini ternyata membuat diri awak terasa nyaman, aman dan tentram serta enak tidur setelah menekan tombol publish.

Satu hal yang perlu dihindari adalah jangan sampai terjebak perdebatan tentang agama. Selain memang bukan ahlinya, perdebatan antar satu agama (khilafiah) saja sudah sangat melelahkan apalagi ketika dihadapkan dengan perbedaan paham antar agama.

Admin telah menghilangkan rubric agama, walaupun terkadang masih saja ada permasalahan agama yang nylonong melalui rubrik lain. Kalau boleh awak saran kiranya sobat kompasianer menghindari hal hal yang menyangkut menyinggung masalah agama kecuali reportase kegiatan hari hari besar agama atau kegiatan taklim di masjid.

Dilihat dari Kepentingan lebih besar

Dalam kehidupan kenegaraan sistem pemerintahan demokratis pasca reformasi nampaknya penyampaian aspirasi warga berupa  perbedaan pendapat  mulai kehilangan arah. Kondisi seperti ini semakin menggelora ketika aspirasi itu disampaikan secara membabi buta bahkan anarkis ditenggarai pula oleh ketidaksiapan para pemangku kekuasaan (birokrat) menampung segala bentuk unjuk rasa itu.  Peran pejabat dan tokoh masyarakat di tataran supra struktur dan infra struktur menjadi hambar rasanya karena kehilangan kewibawaan.  Seharusnya pemerintah mengajarkan kepada warga agar dalam menyampaikan perbedaan pendapat melihat kepentingan yang lebih besar.  Kepentingan tersebut  terkait masalah keamanan dalam upaya melancarkan pembangunan nasional  dalam artian tentunya para penguasa ini memulai aksi dengan memberikan contoh teladan yang baik.  Contoh baik pesan reformasi birokrasi tidak muluk muluk hanya tranparansi dan akuntabel dalam setiap pelayanan publik.

Dengan motto sharing and connecting yang di canangkan kompasiana dan diselaraskan dengan motto awak penasehat, penakawan dan penasaran maka sampai saat ini awak enjoy enjoy saja menghadapi perbedaan pendapat di kompasiana. Kata orang bijak kenapa kita harus berseteru yang berujung pemusuhan, bukankah satu musuh saja sudah sangat memusingkan kepala, kenapa tidak kita memperbanyak teman yang bisa saling membahagiakan.

Terakhir satu hal yang masih bisa diperdebatkan antar kompasianer (versi TD) adalah apabila terjadi perbedaan PENDAPATAN dari hasil menulis ...hahahahaha.

Salamsalaman

BHP 8 Juli 2020

TD

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun