Â
Perkenalkan  Thamrin Dahlan lahir di Tempino Jambi 7 Juli 1952 dari Ibu Hj Kamsiah binti Sutan Mahmud asal Minangkabau dan Ayah H. R. Dahlan Bin Affan asli Bengkulu.  Menikah dengan AKBP (P) Hj. Ners. Enida Busri, SKM, Skp dikaruniai 3 Putra dan 1 Putri serta 3 orang cucu.Â
Sejak tahun 1980 menetap di Jakarta Timur setelah menamatkan pendidikan di Jambi, Palembang dan mengikuti Latihan Militer Sepawamil ABRI Panasan Solo. Â Sewaktu bekerja di Polri dan BNN melanjutkan kuliah S1 dan S2 di Universitas Indonesia.
Penugasan di dalam Negeri dan Luar Negeri dalam bidang Kesehatan Masyarakat dan Narkotika. Pensiun Agustus 2010,  jabatan terakhir Direktur Pasca RehabilitasiDeputi Rahabilitasi  Badan Narkotika Nasional.
Menunaikan ibadah haji sebagai petugas TKHI tahun1994, Tahun 1998 sebagai Pembimbing Haji. Berangkat beserta istri tahun 2003. Â Kini kegiatan sehari hari menjadi Khadimullah Masjid Jami An Nur, Â Dosen di Akademi Perawatan Polri, Universitas Guna Darma dan Perbanas Institute.Â
Olahraga Tennis lapangan 2 kali seminggu dan aktif di beberapa organisasi kemasyarakatan seperti Alumni Universitas Indonesia serta Ikatan Keluarga Besar Petokayo.Â
Mulai 20 Agustus 2010 aktif menulis di media sosial dan telah posting 2.700 artikel. Â Sebagian besar tulisan sudah diterbitkan sehingga menjadi 27 buku. Buku terbit Juli 2020 merupakan buku ke 28 berjudul Banjir Merendam Jakarta
Bisa jadi talenta menulis di turunkan dari Ibunda Almarhumah Hj Kamsiah binti Sutan Mahmud (1914-2004). Â Mak demikian kami memanggilnya sangat rajin menulis surat untuk ke -7 anak anaknya di rantau. Â Tulisan tangan Mak menggunakan ejaan lama terkadang arab melayu merupakan penyemangat kami dalam mengarungi hidup dan kehidupan.
Buya Hamka adalah guru imajinatif  memberikan semangat dalam satu ungkapan yang sangat berpengaruh dalam diri penulis.  Ungkapan Buya Hamka tersebut menulislah terus, biarlah tulisanmu itu mengikuti takdirnya, biarlah tulisan itu membela dirinya sendiri.  Inilah pesan penyemangat menulis dan menerbitkan buku sebagai salah satu alibi bahwa buku adalah bukti tak terbantahkan hadirnya seorang anak mansia di bumi ini.