Izinkan saya menggunakan kosa kata dirumahkan dalam kata petik. Â Sejatinya istilah dirumahkan selama ini lebih kepada satu penderitaan ketika seorang pegawai tidak boleh masuk bekerja lagi. Baiklah Pak Presiden saya bersedia dirumahkan.
Artinya dirumahkan bisa memiliki pengertian dipecat, di skor atau untuk sementara berhenti bekerja karena ada masalah dengan kantor terkait bangkrut atau lain hal masalah.
Nah dirumahkan dalam tanda kutip itu saya rasakan mulai Hari Senin 16 Maret 2020. Pasalnya Indonesia merupakan bagian dari dunia sedang menghadapi resiko penularan virus korona.
Himbauan atau tepatnya pemberitahuan dari Pemerintah Ibukota supaya  warga tetap berdiam dirumah  agar penyebaran convid 19 bisa leboh ditahan. Itulah sebabnya saya tidak pergi kemana mana kecuali hanya di sekitar Perumahan Bumi Harapan Permai.
Menjaga jarak tatap muka dengan warga  merupakan anjuran dari para ahli kesehatan agar tidak berresiko tertular virus korona.  Dengan cara demikian maka tidak ada salahnya pergi ke kedai di BHP menikmati nasi uduk.
Dikedai inilah saya acap bersilaturahim dengan teman teman warga baik yang sudah dikenal atau teman baru. Mas Yanto tinggal di Perumahan Permata seorang penggiat Yayasan Sembilan dalam penjangkauan korban narkoba merupakan teman baru. Kami berbicara "nyambung " bersebab memiliki latar belakang pengalaman sama dalam rehabilitasi korban narkoba.
Mas Bambang Suncono kebetulan sedang belanja di Pasar BHP. Tetangga dekat sahabat jamaah Masjid Baiturrahman bersedia pula menikmati jamu gendong yang katanya berjahe merah bermanfaat meningkatkan imunitas tubuh melawan virus korona.
Lumayan lama ngobrol dengan Mas Suncono. Â Beserta 5 anggota keluarga Beliau terpaksa membatalkan wisata ke negeri jiran Singapura dan Malaysia karena virus. Refund di potong 25 % sebagai konsekuensi. Untung saja kami belum memesan hotel demikian penjelasan Mas Bambang.
Kami ceritra terkait dirumahkan. Â Ya selama dua pekan kedepan kita nikmati saja berada disekitar rumah bersama dengan anak anak sekolah . Â Tempat wisata di Jakarta seperti Ragunan, Taman Mini, Ancol dan Kota Tua juga di tutup. Bagi seorang jurnalis walaupun dikekang tak berpergian inspirasi menulis ternyata ada saja.
Ketika melewati jalan Bumi Pratama saya menyaksikan seorang ibu dan 3 putra punya berjalan cepat. Â Demikian pula seorang Bapak dengan putranya berolahraga jalan kaki. Nah ini dia kegiatan positif. Â Anak anak tidak berangkat sekolah tetapi oleh orang tua tidak dibawa jalan jalan ke tempat wisata seperti berita hoax.Â
Mereka tetap belajar dirumah  seperti keterangan Kang Dedy Satpam RT 05. Menurut penjelasan Kang Dedy, istrinya seorang guru tetap berangkat ke sekolah.  Melalui WAG Ibu guru tetap mengajar melalui jalur online .  Yes teknologi canggih membantu proses belajar mengajar.  Bapak dan Ibu guru memberikan pelajaran atau tugas dengan cara mengarahkan murid secara jarak jauh melalui pesan di WAG.
"Anak anak silahkan buka buku matematika, kerjakan soal halaman sekian sampai sekian"
Demikianlah jalur komunikasi Guru dan Murid sehingga anak anak walaupun dirumahkan tetap bisa belajar.
Point yang ingin disampaikan disini adalah kepatuhan warga dalam artian tetap disiplin mematuhi himbauan Pemerintah untuk keselamatan bersama. Mudah mudahan dengan cara mengurangi kegiatan di luar rumah maka penyebaran massif virus korona bisa dikendalikan terutama di Ibukota Jakarta.
Salamsalaman
BHP 160320
TD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H