Sabtu 22 Februari 2020 sebenarnya cuaca tidak begitu menguntungkan untuk berolahraga. Namun karena sudah mania bergerak badan secara rutin maka hujan pun diterjang. Itulahlah sebabnya awak bergegas menuju Lapangan Tennis Taman Mini Indonesia Indah untuk silaturahmi dengan para sahabat terutama dengan Bapak Haji Tulus.
Pasalnya sudah lama juga tidak bersua dengan beliau bersebab awak selain main teniis di taman Mini juga berlatih di lapanagan dekat rumah perumahahn Buni Harapan Permai. Melalui media sosial whats app kami berjanji kalau cuaca terang akan bermain. Alahamdulillan pukul 07-00 cuaca di kawasan jakarta Timur khusunya di Taman Mini dan sekitarnya hujan sudah berhenti.
Berjanjilah kami untuk datang. Hanya saja tidak semua sobat bisa datang selain memang berhalanagn karena ada acara atau diluar kota ada juga yang merasa sudah terlalu siang untuk bemain tennis. Awak beru berangkat pukul 07.30. Ternyata di lapangan tenis sudah menunggu Bapak Haji Tulus, Haji Muslich dan Mas Budi.
Tentu saja setelah bersalam salaman disampaikan ucapan maaf bersebab datang terlambat. Alamdulillah kehadiran awak melengkapi permainan pasangan ganda putra di lapangan yang masih setengah basah. Dilapangan sebelah tampaknya sudah kering, bisa jadi group ini telah bermain 2 set. Jadilah awak berpasangan dengan Haji Muslich sedangkan mas Budi Purnawirawan yang baru pensiun dari Polri berpasangan dengan Pak Haji berusia 80 tahun.
Bermain dilapangan setengah basah memang perlu super hati hati. Khuatir terpeleset apalagi bagi kami para orang tua dengan kemampuan reflek sudah menurun dan kekuatan kaki tidak seperti masa muda puluhan tahun lalu. Ketika skor spada 5 - 2 untuk lawan ternyata hujan turun lagi. Memang rintik gerimis sih tetapi kami tak mau ambil resiko langsung saja menyudahi permainan. Sedangkan lapangan sebelah msih terus bermain, maklum masih muda muda.
Sembari beristirahat menunggu hujan redha seperti biasa kami bersilaturahim saling bertanya apa kabar dan kabar apa dengan Indonesia. Walaupun sudah tidak aktif lagi dipemerintahan perihal masalah viral yang berkembang di level nasional sering juga kami bahas. Bahasan kali ini lebih kepada Ucapan Kepala BPIP terkait Agama musuh besar Pancasila dan terakhir muncul lagi pernyataan Beliau wacana mengganti ucapan salam Assalamualikum menjadi Salam Pancasila.
Awak tak hendak menuliskan kesimpulan masalah politik disini karena lebih baik kami menikmati sarapan pagi. Sarapan pagi kedua kali ini berupa makanan tradsisional yang disajikan oleh seorang Mbok penjual kue kue tradisional disepuratan Taman Mini. Ada getuk, cenil dan apalagi awak tak paham tetapi enak bersebab ada juga ketan hitam, Disajikan secara sedrhana diatas daun pisang dan sendoknya juga dari daun.
Sambil menikmati kue terinspirasi ingin bertanya kepada si Mbok penjual tentang usia kami. Kami berjanji akan memberi hadiah apabila terkaan nya benar. Mulainya si Mbok menerka Usia Haji Tulus. Setelah mengamati sejenak maka terkaannya adalah 70 tahun. Kami tertawa serentak. Ternyata tampilan fisik pensiuann Kementerian Agama ini tampak lebih muda 10 tahun. Alhamdulillah.
Lanjut menerka usia Haji Muslich. Si Mbok minta membuka topi untuk melihat secara jelas wajah dan rambut. Terkaannya usia Bapak 65 tahun. Kembali kami tersenyum, Pak Haji mantan Pegawai Bank Jepang kini sudah berusia 70 tahun. Artinya masih lebih muda 5 tahun.
Kini giliran awak. Terkaannya 60 tahun umur bapak yang berkaos kuning. Bisa jadi karena memakai kaos berwarna cerah dan topi merah pula apalagi tampak segar berkeringat sehingga awak diterka lebih uda 8 tahun. Alhamdulillah.
Si Mbok tetap mendapat hadiah walaupun terkaannya salah semua. Ada rada geer juga diterka berusia lebih muda. Paling tidak giat berolahraga memiliki peluang terserang penyakit lebih sedikit. Dalam tubuh yang sehat terdpat jiwa yang sehat apapalgi setiap bermain tenis ditambah niat silaturahmi
Jadi itulah kisah potret kehidupan hari ini terkait umur para lansia yang rajin berolahraga. Kalau boleh dikatakan kegemaran berolahraga terutama tennis lapangan sejak usia muda memang membuat tubuh sehat. Oleh karena itu tidak salah juga si Mbok menerka usia kami lebih muda dari usia yang termuat di KTP.
Bapak Haji Tulus pada usia menjelang b80 tahun dari kediaman di Cempaka Putih masih mampu mengendari mobil sendiri. Sebenarnya cukup jauh juga sampai ke Taman Mini tetapi karena niat utama bersilaturahmi itulah yang meguatkan Beliau bergerak dan bergerat untuk menjaga kebugaran tubuh.
Hujan sudah reda. Kami masuk lapangan lagi melanjutkan permainan. Berganti tempat denan pasangan yang sama dengan niat Haji Muslich revans. Sementara itu terlihat anak anak berlatih panahan di lapangan sebelah juga sudah baris berjejer rapi menembak lingkaran target sasaran.
Baru saja bermain set pertama tahu tahu hujan gerimis turun lagi. Ya Apa boleh buat kami terpaksa pamit mundur. Ternyata musim hujan di kawasan Jakarta dan sekitarnya masih belum juga berakhir. Anak anak berlatiha panahan juga diperintahkan pelatihnya untuk menghentikan menembak sasaran.
Demikian kisah nyata potret kehidupan hari ini. Banyak pelajaran yang bisa dipetik setiap hari dari hidup dan kehidupan anak manusia seperti yang dituturkan Pak HajiTulus tentang Putranya yang kini diterima bekerja sebagai pegawai tetap di Kerajaan Saudi Arabia. Demikian pula cucu Beliau yang lulus cum laude S2 kemudian bekerja di Bank Internasional Amerika. Benar adanya manusia itu dinaikkan derajatnya karena ilmu.
Salamsalaman
BHP, 220220
TD
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H