Â
Mengapa harus membuat Resolusi di setiap akhir tahun. Â Menjadi keharusan bagi seseorang yang masih memiliki cita cita, harapan, kehendak yang ingin dicapai ditahun 2020. Resolusi bukan revolusi, resolusi adalah pernyataan diri akan melaksanakan semua keinginan di tahun mendatang. Â Resolusi memang harus di catatkan, ditulis bahkan kalau perlu dikumandangkan.
Sejatinya resolusi adalah membuat perencanaan rincian dengan tujuan agar fokus melakukan pekerjaan. Â Tidak sembarangan waktu lewat begitu saja namun satu demi satu cita cita tersebut dikerjakan dan satu demi satu pula terlaksana sesuai harapan. Â Ketika resolusi dituliskan di media sosial dia akan mendapat dorongan doa dari para pembaca. Â Inilah penguat luar biasa saling mendoakan semoga kesuksesan selalu berada bersama kita sepanjang tahun 2020.
Masih bolehkah awak  bermimpi di usia senja. Bukankah mimpi mimpi itu khusus untuk anak kecil, remaja, pemuda pemudi, dikala masih panjang jalan nan kan ditempuh. Bermimpi ketika masih banyak harapan nan kan di capai, ketika hidup masih disimpang sepertiga jalan. Bersemangat menjawab ketika ditanya "apa cita cita mu nak kelak kalau sudah besar ?" Menjadi Pilot Pak, aku mau menjadi Dokter, cita citaku ingin menjadi Insinyur. Itulah 3 cita cita favourite anak anak dari zaman kezaman. Termasuk diriku.
Mana ada anak anak bercita-cita menjadi petani dan nelayan. Paling-paling dalam wawasan keterbatasan dua pilihan atas peran ayahanda dan ibunda yang mengarahkan menjadi guru atau bidan. Dan ,.... belum ada cita cita anak anak senusantara ingin menjadi seorang penulis. Belum terdengar sampai akhir zaman ini, apakah itu pekerjaan penulis, bisakah penghidupan dikawal dari corat coret di kertas buram ?
Baiklah, nanti kuteruskan cerita tentang penulis. Mari lihat pekerjaan satu makhluk nan tiada mempunyai nafsu. Keberadaan makhluk tertera di 4 kitab suci, tak terlihat wujud namun dirasakan keberadaannya. Dia hadir selalu di muka bumi, melayang diatas awan, sayapnya lebar terbentang dari ufuk timur sampai kebarat. Dia hadir mengabsen manusia ketika shalat subuh di baitullah. Dialah Malaikat.
Malaikat suka kepada anak-anak yang suka bermimpi, terutama bercita-cita tinggi selangit misalnya melalang buana ke 5 benua. Kenapa tidak setinggi itu cita citamu nak ? apa yang engkau risaukan. Ketahuilah Malaikat pun setia mencatat semua angan angan dan lamunanmu itu. Atas seizin Tuhan Maha Pencipta Alam, serdadu Malaikat mengawal mimpi mimpi si anak desa dengan satu saja syarat. Syarat sederhana saja, kiranya sang pemimpi selalu mengulang dan mengulang cita citanya dalam setiap mimpi dilelapnya tidur. Yakinlah mimpi itu akan terwujud dalam hamparan kemudahan menjadi kenyataan.
Inilah cita-citaku dulu. Teman sepermainan di desa kecil Tempino (27 km dari Kota Jambi) sering dan amat sering mengatakan : "emang dari hongkong !!!. " itulah ucapan ritual ketika kami mendengar sesuatu yang tidak masuk akal. Suatu berita ataupun benda aneh apa saja selalu di tembakkan ke Hongkong. Negeri manakah itu. Atlaspun tak ada di sekolah desa. Hongkong, Hongkong mulai masuk dalam mimpiku. rasa penasaran membuncah, dibelahan bumi manakah negeri awan itu terhampar. Dan Malaikat mulai mencatat mimpi si anak desa bercelana monyet tak beralas kaki ketika berlari kesekolah.
40 tahun kemudian. Janji Tuhan menjadi kenyataan. Tanah daratan Hongkong telah ku pijak 2 kali ketika tugas negara mengantarkan kami kesana. Malaikat menuntaskan janjinya. Inilah kawasan teritorial bagian daratan cina yang engkau impikan dulu. The dreams come true. Entah bagaimana mimpi itu bisa terwujud. Jalan Tuhan beragam tak terpikirkan dan tak terdugakan. Perjalanan panjang pekerjaan telah mengubah kemustahilan menjadi keajaiban. Kun Faya Kun seperti tertera di Surah Yasin ayat 82. Hak preogratif Tuhan Yang Maha Kuasa. Seorang anak desa bisa melalang buana bukan saja ke Hongkong tetapi ke tiga benua. Semua berangkat dari "keberanian" bermimpi.
Kini diusia senja masih bolehkan aku bermimpi. Paling tidak di usia 67 tahun hari ini sejak 9 Â tahun purnabhakti apalagi yang belum tercapai. Izinkan daku mengurai satu demi satu harapan nan belum terwujud dan masihkah Malaikat itu bersahabat dan kemudian berkenan mencatat angan angan si penulis tua.
Mimpi untuk Indonesia dululah. Negeri ini makmur aman sentosa dipimpin oleh Raja Amanah
Mimpiku untuk ibukota Jakarta, macet dan banjir bisakah hilang sebelum berganti Gubenur
Mimpi untuk keluarga, mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah warrahmah
Mimpi untuk anak anakku, setelah selesai kuliah dan kini telah mendapat pekerjaan mudah mudahan bertemu jodoh segera menikah dalam kesaksian ayah bunda.
Mimpi spesial untuk Masjid Jami Annur dimana kami berladang pahala. Shalat fardhu seramai shalat jumat itulah indikator kemakmmuran Baitullah. Dan anak anak yatim kampong kami mendapat penghormatan mulia dari warga asrama. Tersedia santunan istiqomah setiap purnama dan memberikan kenikmatan betapa syedap hidangan makan disetiap nampan belanga.
Mimpi untuk tim hadrah remaja bimbingan Khadimullah, semoga diberi kepiawaian menabuh tambur sehingga menjadi juara nasional rebana remaja masjid.
Mimpi satu lagi setelah itu adalah diberi keleluasaan menulis. Dan atas seizin Malaikat kiranya tulisan tulisan itu bisa di jilid menjadi kitab. 25 buku di terbitkan dan kalau boleh bermimpi kiranya tahun 2020 buku bertambah menjadi 30 buah. Â IOnshaAllah diberi usia panjang sehingga pada ulag tahun ke 70 berhasil menerbitkan 40 buku. Amin.
Kebahagian seorang penuli sederhana saja yaitu ketika disampul kitab tertulis nama Thamrin Dahlan.  Buku buku tersebut  tersedia dalam katalog di setiap perpustakaan nasional dan internasional. Buku sejatinya adalah saksi abadi kehidupan seorang anak manusia di muka bumi.
Mimpi, semoga anak anak Indonesia tidak dilarang bermimpi dengan alasan apapun termasuk HAM. Mereka bukan generasi pelamun, biarlah angan angan tinggi melayang melintas awan dan kemudian di tangkap malaikat rupawan untuk dikawal dan diantarkan menjadi kenyataan.
Muluk muluk kah impian seorang penulis tua di usia senja. Entahlah. Semua harapan itu menjadi penyemangat dan tetap berharap semata menggapai redha Tuhan. Akhirnya terpulang kepada takdir setelah upaya manusia didawamkan. Soal pencapaian diserahkan pada sunatullah alam ketika dimensi waktu yang semakin mendekati tanda tanda ketiadaan.
Akhir Tahun 2019
Salam salaman
TD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H