Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Obat Lapar

14 November 2019   20:26 Diperbarui: 15 November 2019   05:26 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi

Obat Lapar ? hahahahaha.  Bisa saja penjual makanan dipinggir Jalan Raya Bogor kawasan Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur.   Tepatnya lokasi Kedai Bang Taufik ini diseberang jalan pintu masuk Pasar Induk.  Awak hari itu, Kamis, 14 November 2019 kebetulan lewat setelah mengurus Surat Keterangan Ahli Waris di kantor  Kelurahan Rambutan.

Jam tangan menunjukkan pukul 08.30,  berjalan perlahan ditortoar menuju warung Padang Induk Raya langganan di Gang Said.  Niat ingin sarapan dulu sebelum melanjutkan pekerjaan ke 2 hari itu yaitu Rapat Pengurus Purnawirawan Kesehatan Polri (P2KP) di Rumah Sakit Polri Kramatjati.  Tetiba saja melewati warung pinggir jalan ber tulisan Obat Lapar di etalase gerobak dagangan.

Sebenarnya sudah terlewat namun terpikir,  boleh juga nih dijadikan inspirasi menulis bersebab merek dagang unik Obat Lapar.  Jadilah awak balek kanan dan disapa duluan oleh seorang pria tambun.   "Silahkan Pak, ada pilihan nasi uduk lauk kuah rendang, telor atau ayam rica." Oh nasi uduk rupanya.  Maka pilihan sarapan pagi hari itu nasi uduk rica ayam.

ol4-5dcd4404097f36522e78f212.jpg
ol4-5dcd4404097f36522e78f212.jpg
Sembari ngobrol dengan Bang tTufik asli anak Betawi awak melengkapi  menu hari itu dengan kopi hitam cak kapal api nan diseduh air panas.  Betapa nikmat makan dipinggir jalan melihat kendaraan lalu lalang. Mulailah jiwa jurnalis itu bergelegak melalui tanya sana tanya sini.  Anak Betawi asli ini sungguh ramah,  bisa jadi sikapnya sesuai dengan gestur bahwa setiap orang gemuk ramah tamah adanya.

Ternyata jualan baru 2 bulan.  Sebelumnya toko disewakan atau dikontrak pedagang material bahan banguanan. Sambil menunggu  mitra kontrak Bang Taufik menggagas dagang Nasi Uduk dan Bir Pletok.  Cerdas juga si Abang berjenggot ini. Dia  tidak mempromosikan dagangannya  dengan nama Nasi Uduk Betawi, tetapi malah memakai huruf besar semua tertulis Obat Lapar.

"Eye Catching Pak" 

Itulah Justifikasi atawa pembenaran pedagang nasi uduk pinggir jalan.  Terus terang awak jadi salah satu  "korban" dari nama dagang itu. Asal tahu saja  didaerah ini terdapat puluhan pedagang kuliner yang sama.  Oleh sebab itu kilah Bang Taufik kenapa tidak tampil beda.  Teringat pelajaran ekonomi bahwa dalam berdagang ada Price, Place dan Promosi.

ol2-5dcd433cd541df3e8001b513.jpg
ol2-5dcd433cd541df3e8001b513.jpg
BIsa jadi inilah yang diterapkan alumni pesantren dalam berniaga.  Tentu saja cara niaga Ralulullah Nabi Muhammad SAW menjadi pegangan utama yaitu jujur dan ikhlas tidak mencari untung tetapi menggapai berkah.  Boleh juga pencocokan cara berdaganag dari pedagang negeri jiran bahwa yang penting laris walau untung sedikit sedikit saja.

Selain rasa yang wajib enak dan cocok sesuai selera serta bersih, prinsip lain yang wajib diterapkan ketika memilih profesi saudagar yaitu mencari pelanggan.   Pembeli atau pelanggan adalah raja, wajib dilayani sekelas baginda.   

Sikap ramah tamah, supel, senyum sapa salam merupakan tata cara spesial sehingga para pembeli merasa  nyaman.  Artinya ketika pembeli  mendapat pelayanan prima maka insha Allah pembeli tersebut akan datang lagi alias berubah status menjadi pelanggan.

Tegas ya Bang Taufik, bukan mencari untung tetapi mencari pelanggan.  Boleh juga dicontoh.  Bada subuh kedai Obat Lapar sudah melayani pelanggan.  Pelanggan pertama adalah sopir sopir  mikrolet jurusan Pasar Induk - Kampong Melayu. Kini mikrolet itu tidak lagi membawa penumpang orang namun sudah beralih di carter / disewa pedagang  sayursayuran,  buah buahan dan sembako lainnya.

Pembeli terus berdatangan. tetiba seiring awak selesai menikmati nasi uduk Bang Taufik menggeser gerobaknya masuk kedalam.  Oh rupanya sudah habis.  Luar biasa laris sehingga seorang pemotor tampak kecewa karena pagi hari itu tak kebagian obat lapar. Di gerobak tertulis pula kosa kata Drive Thru. Ahai anak betawi ini memang orang sekolahan rupanya.  Diapun melayani para pemobil yang singgah sejenak 3 menit tidak turun dari mobil dan nasi uduk obat lapar sudah bisa dibawa pulang.

Nah bertambah lagi daftar langganan awak terkait  kuliner. Jadilah pelanggan dalam janji dalam hati satu saat akan kembali.  Pasalnya nasi uduk memang banyak tetapi nasi uduk Obat Lapar memiliki nilai tambah karena dikelola secara profesional pada skala  kedai dipinggir jalan. Sebelum berangkat meneruskan perjalanan, awak ditawarkan minum khas betawi berlabel Bir Pletok.  Ok sudah ada bahan  tulisan selanjutnya yang juga milik Keluarga Besar Bang Taufik

bhp14112019

Salamsalaman

TD

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun