Gerakan pembelaan bermuara pembalasan masyarakat Minang bukan main main. Â Ketika Prof Emil Salim Tokoh Minang Kabau sekelas Bung Hatta, Buya Hamka dan Agus Salim di lecehkan.
Permintaan maaf oknum anggota DPR RI tidaklah cukup juga lemparan telur busuk kurang memadai. Nasi telah menjadi bubur kelanjuran perangai tak terpuji memuncak di acara Najwa. Â Lihatlah nanti akibat yang dirasakan Dia seiring doa doa panjang nan dilantunkan masyarakat minang.
Ketersingungan luar biasa masyarakat adat bersendi syarak, syarak bersendikan Kitabulah ini ibarat bola salju menggilas perangai tak beradab dan beradat tanpa ampun. Waktu dan tempat menjadi catatan sejarah akankah terulangnya kisah si Malin Kundang anak durhaka ...
Prof Emil tokoh nasional nan bijak, bukan berang tetapi malah memberi nasehat.  Nasehat diberikan setelah dihina dipermalkan didepan umum. Kebesaran hati Prof yang sebentar lagi berusia 90 tahun sungguh patut jadi teladan ditengah kekecewaan Beliau merasakan  secara langsung perangai Dia yang berada di kursi Dewan Terhormat dan terpelajar.
Secara pribadi awakpun nestapa. Â Pasalnya si Dia dilahirkan pada tanggal sama 7 Juli, dimana Bang Ali Sadikin dan Napoleon Bona Parte dan awak juga dilahirkan pada tanggal sama beda tahun. Kedua nama besar Dahlan tecemar bersebaab KH Ahmad Dhlan dan Dahlan iskan bisa jadi tersinggng. Ketiga bisa jadi akalu benar si Dia berdarah minang maka lengkaplah nestapa kami orang minang.
Seniman Sujiwo Tejo dan ribuan netizen bersuara. Sekali lagi tebu atau telor busuk sudah digenggam penjual tebu di pasar pagi.  Entah untuk siapa mungkin saja nanti apabila ada wajah serupa si Dia  menjadi sasaran lemparan telor busuk disana. Gemas nasional muncul akibat budi pekerti tak melekat di diri oknum si Dia.
Salamsalaman
YPTD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H