Itu BPB setingkat  Presiden dan para pejabat setingkat eselon 1 dan eselon 2.  BPB warga sesuai dengan kapasitasnya masing masing dari tingkat RT, Masjid, Pesantren dan lain lain komunitas.  Komunitas BPB itu bisa jadi kumpulan orang pernah satu sekolah, sesama penulis, sesama pedagang, sesama hobi olahraga, sesama orang sekampung dirantau atau sesama kader politik dan lain lain komunitas.
Nah setelah BPB berlalu seiring dengan tuntasnya kewajiban berpuasa maka  beberapa minggu setelah itu datanglah HBH. Acara Halal Bi Halal ini lebih kepada pendekatan bermaaf maafan antar sanak keluarga, tetangga dan para pejabat kantoran serta sesiapa yang memiliki komunitas beragam. Seperti BPB maka HBH bisa dilakukan di siang hari terutama minggu ke dua bulan Syawal. Â
singkat perjalanan  naik kereta
tak perlu lagi membawa bekal
karena sibuk nya si orang kota
bersua saudara di halal bihalal
Warga tidak lagi berpuasa terutama yang telah mengkhatamkan puasa enam hari  di bulan syawal. Halal bi Halal berubah dari sekedar bermaaf maafan menjadi tradisi adat istiadat yang melekat orang Indonesia. Rasanya kurang lengkap bila puasa sebulan penuh itu tidak ditutup dengan HBH.
HBH lebih banyak dilakukan orang kota. Orang desa sangat jarang sekali menyelenggarakan Halal Bi Halal, bahkan mungkin tidak ada HBH di desa pedalaman. Pasalnya orang desa lebih sederhana. Â Ketika berlebaran seluruh warga desa saling berkunjung dari rumah kerumah. Â Disamping memang penduduknya sedikit toh mereka tetap bertemu setiap hari. Â
Pertemuan itu bisa jadi di sawah, di pasar atau di simpang jalan ketika berpapasan menuju tempat kerja masing masing. Â Jadi buat apa HBH lagi, toh kita bukan orang kota yang punya kesibukan luar biasa sehingga sesama tetangga terkadang dalam setahun belum tentu bertemu sekali.
BHP, 11 Juni 2019
Salamsalaman
TD