dokumentasi pribadi
Kisah Nyata Bada Shalat Jum'at
"Ambil aja Pak, masih banyak"
Seorang anak muda menyodorkan nasi bungkus ketika jamaah usai menegakkan Shalat Jum'at. Awak tertegun sejenak, lihat kiri kanan apakah semua jamaah sudah kebagian. Ternyata para dermawan di hari penuh berkah itu telah menyiapkan puluhan bungkus bingkisan santap makan siang.
Jumat 26 April 2019 awak shalat di Masjid Jami Hidayatullah RW 01 Kelurahan Rambutan Jakarta Timur. Tampaknya akhir akhir ini Pengurus beberapa Masjid mengkoordinir sedekah berupa penyediaan makanan untuk Jamaah selepas Shalat Jum'at. Alhamdulillah.
Sesuai rencana hari ini awak menikmati gado gado di dekat Rumah Sakit Harapan Bunda. Langganan juga bersebab kuliner ini memang maknyus adanya. Mengantri sebentar tak apa apa mengingat memang waktunya makan siang.
Jadilah bersama pengunjung lain awak menikmati nasi bungkus plus gado gado di dorong kopi hitam cap kapal api. Lega rasanya ketika unjuk rasa kampong tengah alias perut telah terpenuhi. Kenyang maksimal double gardan.
Acara dilanjutkan ke toko ananda Rendi di kawasan Kampong Tengah. Awalnya kami rencana nonton film Avenzer namun tertunda bersebab tak kebagian seat. Film book office ini katanya seri terakhir dimana Om Thanos diberitakan tewas or is dead.
Berkendara angkot 06 jurusan kampong melayu awak seolah mencater. Betapa tidak angkot kosong di siang gerimis berjalan agak pelan mencari penumpang. Ketila tiba di pintu masuk pasar induk seorang ber kaos hitam menyetop.
"Mau ya bawa buah buahan ke pasar jatinegara, Â 60 ribu"
Sopir menyahut
"Barangnya banyak ngak ? 70 ribu"
Itulah tawar menawar antara agen pedagang buah dengan sopir angkot. Deal 60 ribu dengan syarat pedagang membayar restribusi masuk keluar pasar induk.
"Pak Haji mau turun disini?"
Awak langsung menjawab
" saya ngak buru buru, Â mau ikut aja "
Saat itu angkot memang tak ada penumpang, bisa jadi kalkukasi sopir angkot dari pada ngosong eloklah diterima borongan  bawa buah. Dari sisi awak, ini kesempatan mengetahui liku liku ibukota bagaimana geliat warga menghidupi keluarga. Angkot memasuki Pasar Induk buah dan sayuran Kramat jati yang didapuk sebagai Pasar terbesar di Indonesia.
Ternyata awak dan sopir angkot harus sabar karena barang bawaan itu belum siap. Agen buah itu masih duduk dibangku belakang sambil berkata
"Tungu sebentar ya barang sedang diantar kesini"
Pak Sopir terlihat hanya diam. Awakpun turun sembari melihat geliat kehidupan orang pasar. Sudah 10 meniut barang belum juga datang, Kesabaran tingkat dewa wajib dipasang agar syetan tidak ikutan menganggu. Mengganggu dalam bentuk kemarahan tentunya.Â
Mengapa harus pasang kesabaran tingkat dewa. ? Ya iyalah, tahu sendiri kehidupan di lapangan kerja seperti ini sangat keras. Â Bisa saja sopir tidak sabar kemudian bentrok atau berantem karena tidak sesuai perjanjian.
Kami kira setelkah masuk ke pasar barang tinggal di naikkan ke angkot. Oh ternyata harus menunggu. Â Awak sih bisa santai karena memang ini saatnya mengumpulkan rasa syukur melihat hidup saudaraku di kawasan ini memang hidup penuh perjuangan. Entahlah Pak Sopir bagaimana pula perasaan hatinya. Â Memikirkan setoran, penumpang semakin berkurang dan segala macam persoalan transportasi jakarta yang super macet itu.Â
Akhirnya setelah menunggu hampir  setengah jam datang juga yang ditunggu tunggu. Seorang buruh pasar menarik sejenis lori pengangkut  barang bemuatan 7- 9 koli buah buahan. Wajah pak sopir mulai tersenyum, pedagang juga  tampak tidak stress lagi. Buah buahan langsung dinaikkan ke angkot, penuh juga sehingga tak mungkin ambil penumpang lagi.
Angkot mulai bergerak keluar dari Pasar Induk setelah berkali kali membayar restribusi baik yang resmi maupun  pungli.  Awak turun di depan Polsek Ciracas sembari menggenggamkan ongkos 4 kali lipat ke Pak Sopir sebagai bentuk apresiasi atas kesabaran tingkat dewa.
Point yang ingin disampaikan diisini adalah bahwa masih banyak yang belum kita ketahui tentang geliat kehidupan saudara saudara dalam beragam pekerjaan. Â Awak menuliskan kisah nyata ini tidak lain tidak bukan untuk menjadi iktibar bahwa mensyukuri nikmat itu adalah satu kewajiban ketika masih mendapat kesempatan melihat dunia dengan segala bentuk pernak perniknya. .
Salamsalaman
26042019
TD.