Olahraga bagi warga lanjut usia tetap digelorakan namun dengan beberapa syarat. Syarat utama menyangkut faktor kesehatan fisik berkaitan dengan hukum alam bahwa kondisi tubuh semakin ringkih.Â
Oleh karena itu tetaplah berolahraga dengan memposisikan kegiatan gerak badan itu menjadi nomor 3. Artinya tetap semangat olahraga berangkat ke lapangan tennis misalnya minimal 3 kali seminggu.
Jadi apa yang menjadi nomor 1 bagi Lansia. Pertanyaan ini dijawab secara seloroh oleh teman-teman bahwa silaturahim menjadi tujuan utama kumpul-kumpul di lapangan tenis.
Sedangkan makan-makan diletakkan di nomor 2 setelah itu (kalau sempat) barulah menepok bola tennis sekenanya. Inilah kiat awak berolahraga di usia 67 tahun. Tetap bugar dalam pengertian yang lebih luas yaitu kesehatan jiwa dan raga.
Olahraga di usia tua bukan lagi menggapai prestasi. Tidak lagi mementingkan hitungan menang atau kalah. Justru yang terpenting adalah gembira ria bersama teman menikmati pukulan terbaik dan tidak perlu ngoyo.
Tentu saja perlu pemanasan sebelum bermain agar terhindar cedera. Awak melakukan pemanasan tubuh dengan cara berjalan kaki ke lapangan.
Lumayan 10 menit berjalan sembari menyapa tetangga dan warga yang ikutan berolahraga jalan kaki. Inilah cara pemanasan memaksa diri karena bila sampai di lapangan kami malah lebih asyik ngobrol.
Cukup 10 menit berjalan, badan sudah cukup terasa panas darah mengalir keseluruh tubuh. Menunggu giliran main sambil meliirik ke tempat duduk, biasanya sudah ada makanan disana.
Rabu, 3 April 2019 merupakan hari libur. Melalui grup chat Whatsapp telah dibuat janji kami menambah porsi latihan tenis mumpung hari libur dan tidak turun hujan.
Hadir koordinator tenis Bumi Harapan Permai (BHP) Om Viktor, kemudian Dr. Wim Panggar Besi, Mas Yuswardi, Pak Dekon, Mas Sugiharto. Awak tiba agak telat sebab melayani istri membeli beras bulanan dan kebutuhan dapur lainnya.
Tak lama Bapak Purwadi tiba. Beliau boleh diberi bintang karena menempuh perjalanan dari kediaman Bekasi ke BHP yang jarak tempuhnya lumayan jauh. Tetapi tampaknya saudara kita ini lebih mementingkan silaturahim dengan sobat tenis dari pada hanya terpaku di depan televisi.
Berteriak "I get it" itulah ciri awak ketika pukulan masuk di lahan lawan. Yes berteriak merupakan salah satu cara melepaskan kebuntuan dalam berkomunikasi.
Mas Sugiharto malah mengatakan di lapangan kita bisa bebas berbicara, tertawa terbahak-bahak. Mana bisa kita tertawa lepas di rumah, pasti anak istri akan bertanya ada apa dengan bapake. Nah itulah sebabnya kami tetap bersemangat datang ke lapangan tennis dan menjadikan jadwal hari Sabtu dan Ahad sebagai hari prioritas utama untuk bersilaturahmi. Makan-makan menjadi daya tarik sendiri setelah itu baru bermain tenis.
Di awal bulan biasanya kami mengumpulkan iuran 100.000 perak dan diserahkan ke koordinator tenis. Untuk beli bola dan keperluan lain, iuran bulanan merupakan sifat gotong royong dalam lingkup kebersamaan. Khusus hari peringatan Isra Miraj kami bersepakat menu hari ini nasi bungkus padang. Jadilah masing-masing teman berkontribusi untuk dana membeli makanan. Ada catatan yang belum tercapai yaitu menikmati Soto Padang Mak Itam,
Awak hanya bermain 1 set saja sedangkan pemain muda seperti Mas Yuswardi bisa lebih dari 2 kali. Belum lagi Dr. Wim walaupun termasuk lansia beliau masih bisa main sampai 2-3 set. Luar biasa.Â
Mas Kitot, security BHP Kelurahan Dukuh Jakarta Timur telah tiba membawa nasi bungkus dari kedai Uni Ani. Maka olahraga hari itu dituntaskan bersama makan nasi padang sembari lesehan. Nikmat mana lagi yang kau dustakan.
Awak berkeringat bukan karena litak bermain tenis justru menu pilihan ikan bawal bakar itu lumayan pedas. Sehingga tak ayal peluh bercucuran di wajah sebagai tanda kenikmatan itu memang maknyus.
Sementara tukang yang sedang mengerjakan pembuatan bangku ikutan makan, beliau istirahat sejenak sebelum melanjutkan pengerjaan bangku yang di desain permanen,
Poin yang disampaikan disni adalah bahwa olahraga tetap wajib dilakukan oleh warga lansia. Jadikan arena olahraga yang sekaligus sebagai olah jiwa ini sebagai ajang silaturahim untuk bersenang-senang.
Melakukan olaharaga tidak perlu ngoyo, lakukan pemanasan secukupnya dan nikmati pukulan demi pukulan tanpa menghiraukan hitungan hitungan. Semua pemain menang dalam kegembiraan.
Salamsalaman
TD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H