Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Nilai Kejujuran dari Bung Hatta

23 Februari 2019   17:57 Diperbarui: 2 Juli 2021   13:23 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Koleksi Linimasa

Proklamator Republik Indonesia Bung Hatta mengungkapkan satu kalimaf filosofi yang sangat terkenal.  Nasehat atau pesan moral tersebut akhir akhir ini mencuat kembali seiring dengan munculnya perilaku ketidak jujuran.  Ketidakjujuran semakin masif ketika diucapkan oleh oknum pemimpin terkait prestasi pemerintah yang dicapai tidak sesuai dengan kenyataan  terjadi berdasarkan rekaman jejak digital.

Ketidakjujuran akan bermetamorfose menjadi kebohongan publik seandainya tidak diklarifikasi.   Melakukan klarifikasi atau mengakui kesalahan adalah sikap perilaku terpuji dari pada mempertahankan ketidak jujuran dalam artian merasa diri benar sendiri. Memang diperlukan kebesaran hati yang biasanya keluar dari sosok pribadi yang terbiasa meletakkan nilai kejujuran dalam pergaulan sehari sehari sebagai moral termulia  dalam hidup dan kehidupan.

Baca juga: Belajar Nilai Kejujuran dari Abu Dujanah, Sahabat yang Membuat Nabi Menangis

Bung Hatta meletakkan kejujuran diatas segala galanya. Proklamator ini mengatakan bahwa Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar.  Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur itu sulit diperbaiki.  Inilah pesan moral yang seharusnya dijadikan pedoman bagi siapa saja anak manusia apalagi bagi  para pejabat yang mendapat amanah memimpin negeri.

Kejujuran merupakan nilai tertinggi.  Tidak bisa dibandingkan dengan nilai mata uang di dunia ini seperti dollar, poudsterling, rial, dinar apalagi rupiah.  Sekali lagi kejujuran bersifat universal,  di akui oleh seluruh bangsa dunia.  Kejujuran adalah rekomendasi untuk mendapatkan pekerjaan . Kejujuran adalah lambang moral seseorang sehingga kepercayaan sepenuhnya pantas diberikan  kepadanya.

Kejujuran memang harus di ajarkan sejak kecil.  Dari rumah tangga, sekolah, lingkungan harus benar benar memperhatikan dan membina seorang anak agar benar benar menjadi  manusia jujur.  Ketauladanan adalah cara terbaik dalam menanamkan  nilai kejujuran kepada seorang anak. Memberikan contoh terbaik dalam segala urusan dunia terutama terkait uang sebaiknya diawali dengan Pendidikan Agama.

Keimanan merupakan  pangkal pokok agar bisa menanamkan nilai kejujuran pada jiwa  seorang anak. Bahwa dimanapun dia berada, Allah SWT  Tuhan Yang Maha Kuasa  mengawasi setiap gerak gerik selama 24 jam penuh sehari semalam.  Dalam kesendirian maupun ketika ber ramai ramai,  kejujuran wajib melekat dalam diri pribadi.   Ketika nilai kejujuran sudah tertanam di hati maka perjalanan hidup seorang anak manusia akan selamat bahagia sejahtera.

Baca juga: Belajar Nilai Kejujuran Selama Home Based Learning

Jadi benar sekali Pesan Bung Hatta. seandainya pendidikan kejujuran tidak diterapkan sejak kecil agak sulit diperbaiki.  Walaupun ada peraturan perundangan, ada hukuman badan dan hukuman sosial tetap saja oknum tidak jujur sulit berubah.   Hanya hidayah Allah SWT yang mampu merubah kelakuan buruk itu yang tanpa disadari merugikan diri sendiri.

Semakin tinggi posisi kedukdukan sesorang di masyarakat maka nilai kejujuran akan semakin teruji.  Pekerjaan adalah amanah ukuran dunia namun lebih dari pada  itu pekerjaan adalah tanggung jawab akherat.  Ada pahala ada dosa yang tak lepas dari catatan para malaikat. Oleh karena itu godaan  melakukan kecurangan sangat teruji seberapa besar nilai kejujuran seseorang  melawan rayuan dunai sesaat.

Ketika ketidak jujuran atau kebohongan publik terungkap maka cara paling bijak adalah mohon maaf.   Tentu saja semua itu berangkat dari sifat manusia yang bisa khilaf. Minta maaf kemudian berjanji  tidak melakukan kebohongan lanjutan.  Ini tentu berat dilakukan apabila pola pikir kebohongan sudah menjadi satu perilaku buruk melekat dalam kehidupan sehari hari.

Baca juga: Nilai Kejujuran dan Sportivitas Benarkah Sudah Hilang?

Itulah sebabnya ada pepatah nenek moyang sekali lancung ke ujian seumur hidup orang tidak percaya  Mengapa pepatah ini mengikut sertakan orang lain dalam artian rakyat. Boleh jadi para leluhur berpesan agar anak manusia jangan sekali kali melakukan kebohongan.  Berhati hatilah dalam bersikap dan berucap, pikirkan lebih dalam atau lebih baik diam dari pada berujar ber resiko  melakuakn kebohongan publik.

Point yang ingin disampaikan disini adalah bahwa nilai nilai mulia kejujuran menunjukkan harga diri seseorang.  Seseorang akan dihormati dan dimuliakan apabila dalam perjalanan hidupnya selalu berkata benar sesuai fakta, tidak berniat merekayasa segala sesuatu yang berlawanan dengan ajaran agama dan  segala peraturan dunia yang berlaku di pergaulan sehari hari.

Salamsalaman

TD 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun