Bangku Prioritas
Catatan Thamrin Dahlan
Inilah enaknya jadi orang tua. Selalu mendapatkan pelayanan istimewa di transportasi publik seperti TransJakarta dan Commuter line. Kedua transportasi massal tersebut menyediakan bangku prioritas. Sesuai dengan rambu yang terpasang di dalam bus, bangku prioritas di peruntukkan bagi 4 golongan penumpang.
Pertama untuk orang ta yang dilambangkan dengan gambar orang bertongkat. Kedua Ibu hamil dan ke -3 untuk ibu ibu mengendong anak. Terakhir bangku prioritas disediakan untuk komunitas disabilitas.
Rabu, 13 Februari 2019 Pukul 13.30 awak naik TransJakarta di halte Pasar Induk Kramatjati. Tak lama menunggu bus pun tiba. Ketika itu bus tidaklah  terlalu penuh sampai berdesakan. Awak siapkan tenaga pada posisi berdiri sembari memegang tuas gantungan.
"Tolong berikan tempat duduk untuk Bapak Tua itu"
Kondektur menghimbau dengan sopan kiranya penumpang yang lebih muda dan gagah berkenan menyerahkan bangku untuk manula. Seorang pemudi berdiri kemudian mempersilahkan awak duduk. Ada keraguan di hati
" masa perempuan yang berkorban"
Ketika awak bimbang sang nona tersenyum sembari mengulurkan tangan mempersilahkan. Â Alhamdulillah tak perlu lagi penat berdiri. Â Awak ucapkanÂ
"terima kasih mbak"
Dalam hati terbesit doa kepada Tuhan  Yang Maha Kuasa  semoga amal kebaikan si nona mendapat ganjaran berlipat ganda. Satu perubahan menggembirakan dan menyenangkan ketika berkendara di TransJakarta adalah peran kondektur.Â
Saat ini kondemntur tak segan segan menghimbau penumpang agar bersedia  menyediakan bangku prioritas untuk penumpang 4 golongann tersebut.
Secara pribadi awak gembira menyaksikan perrubahan budaya ini.  Demikian pula para manula karena  tidak ragu ragu lagi menggunakan fasilitas kendaraan umum seperti TransJakarta.Â
Tentu saja 4 golongan penumpang yang memiliki hak bangku  prioritas terdeteksi secara kasat mata. Artinya pria tua yang beruban di rambut dan juga putih alis mata adalah bukti  tak terbantahkan bahwa beliau adalah warga yang sangat tua.
Bisa jadi itulah alasan awak tak mau menyemir rambur menjadi hitam legam. Â Selain repot juga agak risih bersebab kulit yang mulai keriputpun ikutan protes. Â Sudahlah rambut putih beruban adalah sunatullah sebagai tanda tanda zaman. Â Paling tidak kami sudah berubah secara permanen dari golngan hitam menjadi golongan putih.
Terima kasih TrabnsJakarta telah memberikan contoh terbaik dalam membudayakan kembali sikap asli Bangsa Indonesia. Saling menghormati dan menghargai sudah mulai terjadi di transportasi publik. Â
Semoga semangat  perubahann ini menular di sentra publik lainnya sehingga menjadi gerakan nasional mengembalikan keindahan budaya Indonesia Raya,
Awak transit di halte UKI Cawang.  Kemudian lanjut meneruskan perjalanan turun di halte Slipi. Hari ini  akan bertemu dengan rekan rekan blogger sesama  penulis yang tergabung di kompasiana.com. Â
Forum Diskusi Group di kantor Gramedia Kompas  Palmerah Jakarta Selatan. Kali ini membahas tentang masalah transportasi dengan Tema LRT untuk siapa.
Salamsalaman
TDÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H