Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Jejak Digital Sontoloyo Gendurowo Google dan Yahoo Menampilkan Jokowi

13 November 2018   12:11 Diperbarui: 13 November 2018   12:28 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa minggu lalu ketika warga mencari kosa kata sontoloyo di mesin pencari google dan yahoo maka yang keluar paling atas adalah itik dan wikipedia. Agak jauh dibawah ada Soekarno dan sontoloyo. Ternyata ada perubahan bermakna di mesin pencari ketika sontoloyo dan juga gendurowo naik panggung nasional. Siapa lagi yang mempopulerkan kalau tidak orang nomor satu dinegeri ini.

Inilah kecanggihan teknonologi terkini. Record and Report (R&R). Setiap peristiwa ketika dituliskan di media sosial maka secara otomatis akan terrekam abadi. Ketika peristiwa itu berasal dari (atau tentang) publik pigur maka dengan sendirinya berita tersebut berada di urutan pertama hasil pencarian internet. Rumus sederhana : semakin sering dan banyak ter ekposed di media social maka semakin memungkinkan berita itu berada pada posisi teratas hasil pencarian internet.

Satu hari setelah Presiden Jokowi mengutarakan kosa kata sontoloyo,. awak sebagai orang melayu tidak paham benar apa makna sejati sontoloyo. Google dan yahoo teman setia tak pernah bohong langsung saja mengkabarkan apa itu  sonto. Ternyata sontoloyo berarti seorang petani menggiring itik didesa. Itu saja, demkian juga tante yahoo memberikan informasi hampir serupa.

Namun apa yang terjadi, tiga minggu kemudian dalam artian hari ini awak (dan mungkin warga lain) kembali search kosa kata sontoloyo. Fakta : muncul seperti di dokumentasi gambar posting ini. Betapa hebatnya google dan yahoo mencatat dan kemudian melaporkan (R&R) tanpa sungkan sungkan. Posisi mereka netral. Mesin pencari yang tidak beraliansi kesalah satu partai politik apakah petahana atau oposisi, Ibarat mesin robot dia sangat lugu, menampilkan Jokowi ketika rakyat menuliskan kosa kata sontoloyo.

screenshot yahoo
screenshot yahoo
Barangkali inilah dampak negatif teknologi informasi yang perlu diwaspadai para pemimpin negeri. Apapun yang di kerjakan baik dalam bentuk pidato, kunjungan kerja, tatap muka dan semua gerak tingkah laku akan di R&R awak media. Ketika kosa kata bijak yang dikeluarkan maka itulah yang muncul di google dan yahoo. Sebaliknya apabila yang kelepasan diksi gendurowo maka itulah sifat abadi mesin pencari di internet.

Google dan Yahoo sesuai denga tupoksi tanpa memandang bulu mengabadikan setiap peristiwa yang bermuara pada jejak digital, Sesungguhnya jejak digital tidak bisa di edit bahkan dihapus, rekaman itu akan abadi selamanya sepanjang ada anak manusia dimuka bumi ini. Oleh karena itu dampak negatif bagi yang merasa berbuat tidak baik atau keceplosan bicara "aneh" ada baiknya menjadi pelajaran berarti agar tidak akan terulang lagi.

Sementara itu generasi muda millineal  bersahabat akrab dengan dunia maya. Mereka sebut dengan julukan intim : mbah google dan tante yahoo. Apa saja tidak mereka pahami segera bertanya ke si mbah dan tante. Bukannya anak anak muda ini malah pergi ke perpustakaan. Praktis katanya bertanya ke si mbah google dan tante yahoo tanpa harus capek capek keluar rumah/kampus.

Era modern memanjakan manusia, Sepertinya dunia dalam genggaman tangan ( handphone). Apa saja berita ada disini. Google dan yahoo lah pilihan utama. Sontoloyo dan genduruwo (atau entah apalagi yang akan viral) mereka temukan di mesin pencari. Siapa lagi kalau bukan nama dan gambar para pemimpin kita yang mereka temukan. Bahkan sampai 80 berita semuanya menampilkan yang terkait sontoloyo dari sumber pembuat wacana. Sementara posisi sontoloyo versi itik berbaris panjang dan Soekarno sudah berada di urutan paling bawah.

Point yang ingin awak sampaikan disni adalah dampak negatif pada sisi pendidikan. Anak anak yang masih duduk di bangku sekolah bukannya mereka diam. Mereka paham apa yang terjadi di media sosial. Mereka memperhatikan diksi diksi dan narasi para pemimpin. Silahkan petahana dan oposisi berebut kekuasaan namun tolong, tolonglah keluarkan diksi atau narasi elok agar generasi muda kita bisa mencontoh ketauladanan orang orang orang besar itu.

Salamsalaman.

TD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun