Catatan Budaya Thamrin Dahlan
Gegap gempita pembukaan Asian Games 2018 patut diapresiasi sebagai hasil karya anak negeri.  Namun di balik itu semua masih  ada saja netizen meng kritisi.Â
Itulah buah kehidupan dunia selalu saja ada sisi terang dan sisi  gelap bergantung pada niat nan terpendam dihati. Pasalnya berita itu menjadi riuh redah bersebab aspirasi dan kritisi teraplikasi (tersiar) di ranah publik  dalam bentuk cuitan pada media sosial.
Apa boleh buat handphone tidak bisa menolak ketika apresiasi dan kritisi itu masuk tanpa izin sang empunya. Inilah resiko berkehidupan di media social ketika seorang warga bersedia tergabung dalam aplikasi sejenis facebook, instagram, whatsApp dan lain sebagainya. Layaknya sebagai konsumen seoran netizen hanya memiliki ada 2 pilihan yaitu menerima atau menolak. Paling drastis apabila tidak suka dan merasa terganggu silahkan saja pertemanan di blokkir (sementara) atau hengkang dari group.
Selaku pengamat budaya awak memberikan apresiasi tingkat dewa atas kreasi spektakuler anak negeri di event Ceremony Asian Games Jumat 18-8-2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Â
Sanjungan dan pujian terutama untuk design creator dan 1500 anak anak yang memeragakan tarian Saman asal Aceh. Baru kali inilah tarian itu di persembahkan dalam bentuk modifikasi menakjubkan berupa perubahan puluhan formasi gerakan.
Decak kagum bukan saja dari dalam negeri namun termonitor pula tepok tangan meriah dari pemirsa manca negara. Tidak mudah memang membentuk kekompakan sedemikan banyak anak muda.  Diperlukan motivasi kuat dari disiplin para pemudi sekolah lanjutan atas Jakarta sebagai bentuk kontribusi guna kebanggaan anak negeri. Dari sisi diri pribadi masing masing pemudi bangga ikutan  mengukir sejarah peradaban manusia. nan akan dikenang sepanjang masa.
Budaya seni tari memang asli trasdisi tiap daerah namun  ketika para jenius seniman Indonesia memberikan sentuhan hati maka jadilah satu pertunjukan spektakuler. Kreasi itu tanpa mengurangi makna sejati dari setiap tarian dalam bentuk busana dan gerak namun kreasi membentuk formasi  memang sesuatu yang luar biasa sehingga tepuk tangan panjang kekaguman penonton seolah tak terhenti sampai peragaan selesai.
Nah bagaimana pula dengan kritisi.  Wajar saja tidak mungkin semua rangkaian peragaan event internasional tersebut berkenan dihati. Beberapa sahabat netizen tak pelak merasa jengah ketika menyaksikan pembukaan pertunjukan ada aksi Presiden menegndarai motor gede menuju SUGBK. Dilihat dari pendekatan seni pertunjukan sebenarnya wajar wajar saja namun ketika pendekatan bergeser pada ranah  politik maka kritisi itu tak terhindarkan muncul juga.
Pencitraan demikian penyebutan untuk lakon Presiden. Â Ya sudahlah itulah resiko tampil di area publik. Â Walaupun dari sisi tontonan inilah sejenia film laga aksi motor besar melompat dan ngebut meliuk liuk sebagai bagian tak terpisahkan dari aksi seorang jagoan. Â Akhirnya beberapa netizen mengelus dada (untung tidak celaka atau cidera) dan kisah ini akan tersimpan terus baik untuk bahan cerca dan puja.
Akhirnya dunia media social akan semakin ramai menjelang hari pencobolsan Pemilihan Presiden 2019. Â 2 kubu sudah menyiapkan berbagai trik guna mensyiar kan bahwa jagoannya memang woowke punya. Â