Satu peristiwa  mengharukan ketika Mak meminta satu satunya putri (Marlisa)  pindah sekolah ke Bogor. Lisa ketika itu kelas 2 SD, berlinang air mata Uda Buyung dan Uni Lis merelakan putrinya berpisah untuk tinggal dengan Uni Husna di Bogor.
Lisa tidak paham apa maksud neneknya mengajak hijrah merantau ke pulau jawa. Dia menangis berbulan bulan, Â betapa tidak berpisah dengan orang tua kandung yang sangat menyayangi.
Dalam keseharian Uda Buyung bekerja sebagai mekanik sesuai dengan latar belakang pendidikan. Menjadi operator telpon di kantor pertamina, ketika malam Uda Buyung bertindak pula sebagai operator film di bioskop Tempino. Demikian pula ketika ada hajatan resepsi pernikahan Uda Buyung di minta masyarakat mengurus saund system.
Beliau dikenal ringan tangan enteng kaki sehingga disenangi warga Tempino, Â bekerja ikhlas tanpa banyak bicara. Teman sekerja sangat mengandalkan sosok Uda ku yang satu ini bersebab memang ahli di bidangnya.
Itulah ketika disebut nama Buyung maka mata terarah ke sosok yang selalu hadir di pengajian rutin kampung. Oleh karena itu awak teringat  Ayahanda Haji Dahlan (Alm)  seorang ulama kampung dan Uda Buyung meneruskan kebiasaan silaturahim sesuai suasana kampung.
Sekarang awak mau berkisah tentang kebon. Walaupun kami mendapat fasilitas perumahan pertamina tetapi Bapak lebih senang tinggal di rumah ladang. Bapak dan Mak bercocok tanam, Â ada kolam ikan dan tanaman produktif seperti kelapa, durian, rambutan mangga dan sirih.
Uda Buyung meneruskan mengurus kebon. Beliau menanam kelapa sawit, pohon coklat dan pinang. Inilah warisan kebon  keluarga tanah seluas 11.000 meter diurus sendirian sementara Uni dan adik adiknya merantau kenegeri orang. Alhamdulilah hasil kebon bisalah menambah pendapatan keluarga Uda Buyung dan sesekali ada juga durian dikirim ke Bogor, Jakarta, Palembang dan Jambi.
Lisa tinggal di Bogor bersama Mak Tuo nya Hj.Husna Darwis bin H. Dahlan
Didikan disiplin mantan Letkolpol(P) yang kemudian pensiun muda menjadi Notaris mengantarkan anak kemenakan berhasil semua menjadi Sarjana.
Kini Marlisa binti Syahrir meneruskan Profesi Notaris Ibu Husna di Gedung Jalan Sudirman Nomor  50 Bogor. Tak terbayangkan sebelumnya selama hampir 20 tahun kemudian impian neneknya Hj Kamsiah terwujud. Budak Tempino di dusun kecil Tempino itu kini mengangkat derajad kehidupan ekonomi keluarga.
Ansor anak tertua Uda Buyung dan Uni Lis juga ikut hijrah ke Bogor demikian pula Herman (bujang) Darusalam. Kini tinggal Muhammad Yunus anak ke 3 yang akan meneruskan mengurus rumah dan kebon di Tempino.
Yunus mengikuti takdir ayahnya menjadi "penjaga gawang" Almarhum Uda Buyung berkorban untuk keluarga rela merawat Mak Bapak sampai diakhir hayat.