Ketika Prof Mahfud MD ditanya reporter KOMPAS TV Aiman, " apakah Bapak ingin menjadi calon Wakil Presiden " Beliau menjawab "tidak ingin".  Serta merta reporter menimpali "Bapak benar benar tidak ingin?" Prof Mahfud MD menjawab "beda lho antara tidak ingin dengan tidak mau."  Awak sedang menonton repotase gres "mencari wapres"  terhenyak (apa pulak ini). Mulai berpikir apakah  memang ada perbedaan antara ingin dan mau.
Mulailah bergerilya menelusuri referensi ilmiah mencari perbedaan kosakata antara ingin dan mau.  Dari beberapa tulisan dan pendapat awak mulai paham setelah membaca dan menelaah tulisan Mbak Ainy Fauziyah Motivator, Certified  Professional Coach, Hypnotherapist, juga Licensed NLP Master  Practitione dalam bukunya Dahyatnya Kemauan. Â
Ainy menjelaskan kemauan punya makna mendalam dari arti sederhananya,  yakni "apa yang dimaui". Anda bisa menafsirkan arti harfiah ini dengan  banyak makna. Bagi Ainy, kemauan atau mau lebih bermakna sebagai  "kesungguhan". "Kesungguhan hati dalam mewujudkan impian melalui  tindakan nyata secara konsisten,"  Kemauan berbeda makna dengan keinginan. Jika kemauan diikuti dengan  tindakan nyata, keinginan adalah ketertarikan terhadap sesuatu tapi  tidak diikuti tindakan nyata.Â
Lebih lanjut Ainy memaparkan empat perbedaan keinginan dan kemauan:
1. Ada kesungguhan hati dalam kemauan, sebaliknya hal ini tak didapatkan  pada keinginan.
 2. Ada tindakan nyata dalam kemauan, sementara keinginan yang ada hanya  angan-angan semata.Â
3. Kemauan menghasilkan pencapaian, sementara keinginan tak menghasilkan  apa-apa karena tak ada tindakan.Â
4. Ada semangat optimal dalam kemauan, sedangkan dalam keinginan tetap  ada semangat namun tak optimal.
(dukasi.kompas.com)
Nah kini jelas sudah sosok Prof Mahfud yang tadinya awak kira malu malu kucing.  Tidak ingin dan tidak mau memang berbeda jelas dimana selama ini dalam pergaulan sehari hari dianggap sama saja artinya.  Siapa yang tidak mau menjadi orang nomor 1 atau nomor 2 di negeri ini.  Pasti jawaban mau mau mau.  Namun dalam sistem  ketatanegaraan tentu saja semua warga yang mau itu harus memenuhi syarat.
Prof Mahfud MD tentu sangat memenuhi syarat.  Tinggal sekarang bagaimana kemauan  sang empunya hajad, yaitu Bapak Petahana Joko Widodo.
Katanya dari 10 calon mengerucut 5  kini tinggal 3 dan akhirnya final tinggal 1 di kantong Bapak Presiden.  Banyak sekali pertimbangan sebelum menentukan pasangan paling cocok dan menjanjikan kemenangan.  Artinya sang calon Wapres hendaknya tidak sekedar bermodal kertas kosong tetapi sosok itu  juga disukai berbagai lapisan masyarakat.
Sebenarnya awak sangat kagum dengan Cak Imin.  Beliau terus terang mengajukan diri sebagai Cawapres.  Spanduk sudah dipasang dimana mana, deklarasi dari berbagai pihak terutama PKB bergema di seantero negeri. Inilah kemaun kuat bin serius banget (bukan keinginan) karena kesungguhan Muhaiman Iskandar sudah diutarakan terang terangan.  Walaupun nanti takdirnya Beliau dipilih (atau tidak) oleh Pak Jokowi sejarah sudah mencatat Cak Imin memang  woowke punya.
Point yang ingin awak sampaikan disini adalah bahwa sebaiknya ada (tampak transparan) keseriusan / kesungguhan dari para cawapres yang digadang gadangkan.
Jangan malu malu kucing lagi, segera ungkapkan kesungguhan Tuan menjadi cawapres secara terus terang di muka publik.. Sertakan pula program nyata dalam artian apa yang dapat anda lakukan plus sumbangkan guna melengkapi kepemimpinan Presiden 5 tahun mendatang. Â Dengan demikian Parpol pendukung atau pengusung tidak ragu ragu lagi dan paham bahwa anda memang layak di sandingkan dengan Presiden 2019-2024.
Salamsalaman
TD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H