Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sepertinya Tuan Marah Kepada Diri Sendiri

3 Februari 2018   21:45 Diperbarui: 3 Februari 2018   22:10 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Marah adalah bentuk perilaku yang menakutkan. Menakutkan apabila  marah di sertai rasa kebencian. Namun marah yang dimaksudkan untuk  memberi pengajaran boleh dikatakan marah sayang. Seorang Ibu memarahi  anaknya bukan karena benci tetapi memperingati kekasih hatinya itu untuk  merubah perilaku yang tidak sesuai dengan sopan santun.

Ada pula  seorang komandan marah kepada anak buah. Marah jenis ini selalu  dikaitkan dengan disiplin militer. Komandan tidak segan segan menghukum  anak buah yang melanggar tata tertib pasukan Malahan hukuman itu bukan  saja ditujukan kepada sipembuat onar tetapi seluruh anggota dari pasukan  ikut merasakan hukuman.

Inilah bentuk marah untuk menegakkan  disiplin dalam kebersamaan. Anggota pasukan akan saling mengingatkan  teman nya agar berhati hati dalam bertindak. Karena kesalahan seseorang  akan ditanggung bersama. Ada sisi positif pola hukuman pasukan ini  dimana mereka saling jaga agar tata tertib pasukan tetap bisa  dipertahankan

Bagimana pula dengan kemarahan versi direktur  perusahaan. Marah ini sejenis kekecewaan atas kinerja karyawan yang  tidak mampu menunjukkan peningkatan kinerja. Marah ini tentu beradab  dengan tujuan agar sang karyawan semakin meningkatkan prestasi dimasa  depan.

Ketika seseorang pemimpin acap kali marah kepada bahwahan  maka patut di duga Beliau sebenarnya marah kepada diri sendiri. Secara  psikologis seorang pemimpin yang telah berada pada tingkat negarawan  tentu mampu mengendalikan diri. Marah boleh saja tetapi ada baiknya  jangan dimuka umum. Anak buah merasa malu atau paling drastis mereka  merasa diremehkan sehingga maksud dari kemarahan itu malah tidak  berhasil membuat perubahan keadaan.

Ketika orang lain melakukan  sesuatu yang salah pada kita, adalah sebuah hal yang wajar jika kita  marah. Siapa yang berbuat salah, maka dia yang akan kena marah. Itu  artinya juga sesuatu yang memungkinkan jika kita marah pada diri kita  sendiri. Hal itu terjadi ketika kita merasa ada sesuatu yang salah atau tidak memuaskan dengan apa yang telah kita lakukan.

Ada  cara terbaik mengendalikan kemarahan. Pertama harus disadari tidak  semua orang berkenan dimarahi. Kedua marah adalah lambang perilaku  menyimpang sesaat dan selalu akan ada rasa penyesalan. Kemarahan akan  melekat sepanjang masa bagi yang kena semprot ibarat paku yang  dilesakkan kepapan. Memang ada permintaan maaf namun seperti paku yang  dicabut dari kayu pasti ada rasa sakit, Satu hal yang perlu dicatat  bahwa papan itu tetap meninggalkan bekas.

Marah ibarat api. Api  amarah membakar nafsu seseorang sehingga dia seperti orang hilang akal.  Emosi tinggi juga akan berakibat naiknya tekanan darah tinggi. Oleh  karena marah identik dengan api maka segera saja tuan dan nyonya  bersegera ber wudhu bagi yang ber agama islam. Diyakini air segar  memgguyur wajah akan mendinginkan kemarahan. Duduk sejenak kalau masih  ada rasa marah maka segeralah menegakkan shalat sunat 2 rakaat.

Terkadang  marah bukan saja pakai suara keras dan mata melotot. Justru yang di  kuatirkan adalah kemarahan yang disertai tindakan fiisik. Contoh paling  sering dimunculkan dalam kemarahan adalah menggebrak meja sehingga  seorang menjadi kecut dan takut. Malah kemarahan itu bisa berupa  tindakan ketelanjuran menampar atau menempeleng orang lain. Nah kalau  sudah terjadi perilaku seperti ini maka bolehlah dilaporkan kepada  polisi walaupun pelakunya seorang pemimpin. 

Penyulut  kemarahan tidak selalu dipegang orang lain. Akan ada suatu saat dimana  kita merasa ingin marah pada diri sendiri. Mungkin karena kita merasa  tidak berhasil menjadi pemimpin seperti harapan rakyat. Mungkin karena  semua hal yang telah di rencanakan tidak bisa berjalan dengan baik.  Sehubungan dengan hal itu, alangkah  baiknya jika mengetahui lebih dini kemunculan perasaan marah pada diri  sendiri ini. Dengan apa? Berpikir dulu sebelum bertindak (baca:marah).

Point  yang ingin disampaikan disini adalah bahwa marah lebih banyak mudharat  dari manfaat. Ada cara lain untuk menyampaikan ketidak puasan atas  perilaku orang lain atau buruknya kinerja anak buah. Menegur secara  langsung di dalam ruang tertutup sehingga si anak buah tidak  tersinggung. Teguran keras tersebut tentu dengan tujuan agar ada  perubahan berupa janji dalam hitungan waktu ada peningkatkan kinerja  menjadi lebih baik. Ketika masih saja tidak ada perubahan maka game  over. "Ghitu aja koq repot" kata Gus Dur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun