Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mencari Persamaan Antara "Hoax" Membangun dengan Kritik Membangun

6 Januari 2018   06:54 Diperbarui: 6 Januari 2018   18:22 1212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah istilah baru yang cukup membingungkan kembali membuat warga menggerutkan dahi. Anda pahamlah semua apa itu istilah membingungkan kalau bukan Hoax Membangun. Lama awak berpikir sampai merenung, "apa itu hoax membangun?" Dua kosa kata yang berbeda makna antara negatif dan positif. Hoax dimaknai sebagai salah satu hal yang buruk bahkan nyaris menghebohkan, sedangkan membangun justru dipahami sebagai kegiatan positif mengarah tindakan produktif.

Seperti diberitakan KOMPAS.com - Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Djoko Setiadi mengatakan, lembaganya akan turut berperan untuk membasmi hoax yang banyak bertebaran di media sosial. Hal ini disampaikan Djoko usai dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu (3/1/2018). 

"Tentu Hoax ini kita lihat, ada yang positif dan negatif. Saya imbau kepada kawan-kawan, putra-putri bangsa indonesia ini, mari sebenarnya kalau Hoax itu Hoax membangun ya silakan saja," kata Djoko. 

"Tapi jangan terlalu memprotes lah, menjelek-jelekkan lah, ujaran-ujaran yang tidak pantas disampaikan, saya rasa pelan-pelan dikurangi," kata dia.

Paling tidak istilah hoax membangun serta merta telah menjadi bahan lucu-lucuan di media sosial. Salah satu contohnya seperti:

"You berhenti membangun rumah karena kehabisan dana maka boleh kirim pesan ke WA berisi pesan hoax membangun" 

" Lupa membangunkan teman agar tidak kesiangan juga boleh di kategorikan sebagai hoax membangun. 

"Ingin menulis tentang kritik membangun, ech salah menjadi hoax membangun"

Ya sudahlah toh sudah direvisi dan beliau sudah minta maaf. Paling tidak netizen yang tadinya tidak begitu memperhatikan ketika beliau di lantik di Istana oleh Presiden Jokowi kini menjadi paham, "Oh ada pejabat baru toch". Itu saja kalau berita mau disederhanakan. 

Awak sendiri tak paham apakah ini salah satu strategi berupa kecerdasan pura-pura salah kata atau ada lain maksud melontarkan hoax membangun. Fakta tak terbantahkan hoax membangun lantas menjadi viral dan terkenal di kalangan warganet.

Sebenarnya ada juga istilah yang dulu sangat populer yaitu Kritik Membangun. Dua kosa kata ini saling menguatkan dan dapat diterima akal sehat. Kritik boleh dilontarkan asalkan memberikan solusi. Menyampaikan sesuatu atas kebijakan publik yang dianggap tidak sesuai dengan akal pikiran pribadi boleh saja tetapi tolong dong sampaikan juga jalan keluar. Sampaikan kritik membangun bukan sekedar ngomel karena disitulah letak marwah kesejatian seorang ilmuan.

Kritik membangun memang sangat diperlukan dalam hidup dan kehidupan manusia. Saling mengingatkan bahasa santunnya. Sejatinya anak manusia itu tidak ada yang sempurna. Bisa saja dia salah entah disengaja atau tidak disengaja atau memang ilmu nya belum sampai. Jadi wajar saja apabila ada kritik disampaikan oleh sahabat bahkan lawan sekalipun. Ketika kritik membangun dapat diterima dengan lapang dada maka mulailah peringkat kedewasaan berpikir menjadi milik orang bijaksana.

Hoax berhamburan di media sosial berbanding lurus dengan kemajuan teknologi informasi. Perhatiakan di area publik tuan dan nyonya dengan mudah dapat menyaksikan anak manusia siapapun dia pasti asyik dengan diri sendiri. Era global atau istilah gaul zaman now manusia sebagai makhluk sosial lambat laun meninggalkan pola komunikasi tatap muka. Kini saya dan mungkin juga anda tampaknya sudah kepincut jatuh cinta kepada hanndphone atau ponsel.

Dalam genggaman tangan anda bisa melihat dunia. Dalam sekejap pula bisa memproduksi tulisan. Seyogyanya inspirasi tersebut bersifat positif untuk kedamaian sesama. Kalaupun tidak bisa memproduksi tulisan sendiri maka cukuplah hanya menjadi konsumen dalam artian menerima berita. Dipilih dan dipilah selanjutnya silahkan menjadi distributor apabila dinilai berita yang masuk ke ponsel itu layak di share ke group WA. Sebaliknya apabila berita itu sejenis hoax maka segera enyahkan pakai tombol delete.

Poin yang ingin awak sampaikan di sini adalah bahwa terdapat kesamaan antara Hoax Membangun dengan Kritik Membangun. Letak kesamaan itu pada kosa kata membangun. Oleh karena itu pada kesempatan ini untuk sementara tidak bisa disalahkan kecuali hoax membangun. Maka jadilah tumpuan kesalahan itu ditujukan ke istilah aneh bin ajaib sampai ditemukan lagi istilah baru yang viral bisa mengalahkan hoax membangun.

Nah solusi yang akan awak sampaikan kepada pencetus hoax membangun adalah mengeluarkan lagi satu atau dua istilah lain guna menghilangkan memori netizen terkait hoax membangun. Inilah salah satu peran BSSN positif mumpung netizen sudah paham bahwa ada satu Institusi Resmi Negara langsung di bawah Presiden yang khusus mengurusi Siber. Anda ada saran?

Salamsalaman

TD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun