Tahun 2017 sudah berlalu, banyak kesan selama 365 hari berjalan. Â Kesan tersimpan dikenangan apakah itu satu kesenangan atau sebaliknya satu perasaian. Â Itulah hidup dan kehidupan anak manusia selalu saja diwarnai oleh hitam dan putih tergantung bagaimana menyikapi. Semakin bertambah usia tentu diharapkan semakin bijak menghadapi setiap permasalahan dalam koridor sabar, syukur dan tawakkal.
Selaku makhluk sosial apalagi dizaman now dimana hubungan antara  manusia terkoneksi sangat mudah melalui telepon seluler  tentu perlu di manage dengan baik.  Makhluk sosial pada zaman dahulu kala lebih acap bersilaturahim tatap muka dalam artian bersua fisik dan kemudian bersalaman salaman.  Suasana seperti itu memberikan makna yang lebih dalam dibanding berkomunikasi  dunia maya. Inilah pergeseran budaya yang wajib dipahami secara mendasar dan sadar bahwa sesungguhnya kontak sosial itu terkadang menimbulkan salah paham dan syak wasangka.
Tahun lalu awak terpaksa mundur dari keanggotaan 2 komunitas whatsapp.  Keputusan meninggalkan komunitas yang telah diikuti beberapa lama tentu dengan alasan yang telah dipertimbangkan masak masak. Membuat diri sendiri nyaman dan semoga komunitas yang ditinggalkan juga aman dan nyaman pula. Sekali lagi  diingatkan disini komunikasi by phone khususnya dalam bentuk pesan terkadang menimbulkan salah paham. Tidak semua anggota group paham  tetapi ada saja dua atau tiga sahabat belum bisa menerima pesan pesan yang  awak sampaikan.
Sebenarnya sederhana saja masalah escape from whatsapp.  Awak dalam kapasitas penulis tergabung di beberapa komunitas WA. Malah di  beberapa group WA  sebagai penggagas sehingga sekali gus menjadi Admin.  Tujuannya adalah mengumpulkan nan terserak baik dari sahabat  penulis, keluarga, sejawat, taman olahraga maupun dari komunitas teman pernah sekerja dan dosen. Inilah sarana komunikasi murah meriah bertukar informasi, saling menasehati dan juga  tempat berjanji.
Dalam kapasitas seorang penulis awak acap sekali mengirim artikel ke berbagai group WA. Nah inilah pokok masalahnya. Â Mungkin karena bosan dikirimi hampir setiap hari tulisan atau bisa juga dianggap menuh menuhi memory handphone maka ada satu atau dua anggota berkeberatan. Â Tentu saja awak segera minta maaf dan akhirnya mohon diri agar "kesalahan" kirim tidak terjadi lagi. Â Dengan demikian hubungan maya untuk semetara terputus namun sebagian besar sahabat itu ada yang sudah berkenalan di dunia nyata sehingga persahabatan tetap berlanjut.
Begitulah pengalaman tahun silam yang menjadi pembelajaran berguna.  Bisa jadi niat kita baik berbagi opini, reportase kegiatan atau terkadang puisi tidak dapat di terima oleh satu dua orang saja.  Bisa dimaklumi juga ada beberapa WA khusus membahas  tentang topik tertentu,  jadi nampaknya tidak relevan dikirimi tulisan yang tidak sesuai dengan visi misi.  Namun lebih banyak dari  komunitas itu sifatnya sangat umum dimana sahabat saling berbagi apakah bentuk tausyah, gambar atau cerita lucu. Saling kirim informasi  seperti ini sangat menghibur dan menambah wawasan lucunya terkadang sampai sampai saling semangatnya  ada beberapa kiriman  berisikan pesan yang sama.
Siapa dibelakang media  sosial itu.  Tentu ada para sobat yang berperan dalam menyampaikan  aspirasi sesuai dengan  pemahaman masing masing. Terus terang awak  mengalami metamorfose dalam menyikapi perbedaan pendapat.  Beberapa hari  lalu  saya terhenyak ketika menerima satu pesan dari seseorang sobat di  komunitas Whats App. Sobat tersebut dengan santai mengirimkan pesan  begini. " hai para penghuni WA ini, koq seru benar dalam berdebat,  sudahlah memang debat kita ini memberikan pengaruh kepada pemerintah,  bangsa dan negara ?  hahahaha paling paling semua debat itu berhenti di  Handphone masing masing."Â
Ahai, benar juga kenapa pula kita  sampai hati menyakiti dan tersakiti karena sekedar perbedaan pendapat.  Siapa sih peduli dengan gaung perdebatan  kita ini.  Mari kita bersatu  walaupun tetap  berdebat.  Persatuan dan kesatuan tetap harus terjaga.  Untuk itulah kita berhimpun di media sosial.  Luruskan niat ingat  komitment ketika memutuskan akan aktif di media sosial. Komitment awak sejak aktif di medsos menggunakan motto penasehat penakawan dan penasaran.  Alhamdulillah manjur dan saampai saat ini selamat.
Medsos  adalah rumah ke lima sejak tahun 2010.  Rumah Ibadah nomor satu,  rumah kediaman nomor dua.  kampus rumah ke tiga dan rumah gadang rumah  ke empat.  Sebagai penghuni tetap saya merasakan betapa rumah  ini  menjadi sangat nyaman ketika bertemu dengan seisi rumah. Kita adalah sobat terbaik di medsos.  Alhamdulillah awak kini lebih mampu menerima perbedaan pendapat  tanpa emosi mengebu.  Perubahan menyikapi itu tentu tidak seketika  terjadi. Perubahan terutama terjadi setelah banyak membaca dan berujung  pada satu kalimat.  Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan 2 telinga dan 1  mulut. Makna nan terkandung sebaiknya lebih banyak mendengar sebelum  berkata. Â
Awak  berusaha membaca dan menyimak secara teliti  setiap pendapat sobat dan mencoba memahami pola pikir sahabat medsos  Ketika menyikapi perbedaan pendapat itu saya tidak akan  menghujat namun berupaya memberikan apresiasi.  Sudut pandang berbeda  adalah keniscayaan ibarat lima sahabat yang tidak dapat melihat (buta)  di minta untuk mendefinisikan bagaimana bentuk seekor gajah. Tidak  semua orang dianugerahi kemampuan helicopter view yaitu suatu pemahaman  komprehensif integratif atas satu masalah.Â
Alangkah eloknya  apabila telah menyampaikan opini di sertai pula dengan solusi.  Jangan  pula meniru nenek tua yang cerewet marah marah namun ngak paham apa yang  di kicaukan. Siapa tahu solusi yang ditawarkan  bermanfaat  dan berguna dalam menyelesaikan satu masalah.  Disinilah visi misi  medsos connecting bisa  terwujud ketika kontribusi  netizen  memiliki nilai tambah (add value) . Teman dunia maya tidak serupa dengan teman dunia nyata sehingga belum tentu persahabatan tersebut di tingkatkan menjadi silautrahim tatap muka.Â
Point yang ingin  di sampaikan disini bahwa kehidupan di rumah ke lima medis sosial  jangan  sampai membuatkita  menjadi resah dan gelisah. Jangan terlalu banyak berharap dunia maya mirip dengan dunia nyata. Upayakan medsos menjadi  tempat singgah  nan nyaman dan jangan sampai terganggu hal hal yang sebenarnya sudah  menjadi urusan orang orang di istana atau di birokrasi pemerintahan.  Solusi yang awak tawarkan dan telah diterapkan adalah konsisten  menyampaikan opini dengan niat semata berbagi.  Kalaupun ada perbedaan  pendapat maka semuanya saya yakini akan berhenti di laptop masing  masing. Entahlah kalau ada sobat berpendapat keriuhan di medsos bisa berkembang menjadi opini publik.
 Â
Posting ke 2005
BHP, 2 Januari 2018
Salamsalaman
 TD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H