Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Teh Telor Kaki Lima Matraman "Recommended"

22 Desember 2017   11:46 Diperbarui: 22 Desember 2017   16:41 2185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Kamis awak tak sempat menulis bukan bersebab tidak ada inspirasi tetapi kesibukan mengawasi ujian akhir semester di Institue Perbanas. Setelah itu langsung koreksi dan entri nilai agar perkerjaan tuntas. Berhubung sudah petang bersama keluarga kami berjanji langsung bersua di Restoran Karimata Tamini guna mensyukuri ulang tahun Amel. Terlalu banyak kegiatan hari itu sehingga tak punya waktu menulis. Bagi penulis maniak adalah satu kecelakaan apabila tidak menulis setiap hari. Ini adalah hutang wajib ditebus di hari esok. Sebenarnya ada juga waktu ketika tiba di rumah pukul 21.30 untuk menulis namun badan renta ini tak bisa diajak kompromi, kacapean litak sekali dan akhirnya terlena tertidur di depan teve.

Jumat 22 Desember 2017 seperti biasa seminggu sekali mengantar Amel ke Stasiun CommuterLine Jatinegara. Pukul 05.00 kami telah berangkat mengejar jadwal kereta tujuan Cikarang pukul 05.30. Alhamdulillah Amel tidak terlambat bukan karena kebetulan hari itu datang KA tidak sesuai jadwal tetapi kejar mengejar waktu membuat pelanggan degdegan.

Dari awal awak sudah berniat olahraga maka dikenakan busana jeans belel, kaos dan sepatu kets penutup kepala topi oleh-oleh dari Yordania. Pakaian model begini setengah santai sehingga selain untuk olahraga bisa juga dikenakan untuk sekalian jalan-jalan/wisata. Mulai berjalan dari Stasiun Jatinegara menuju ke arah Kampong Melayu. Beberapa minggu lalu menggunakan bus TransJakarta ke PGC namun hari ini berniat berjalan kaki sampai ke Halte Matraman.

Melewati suasana pagi di kawasan Jatinegara Jakarta Timur memberikan pengalaman tersendiri. Terlihat di trotoar para pedangan ikan hias berjejer. Inilah untuk pertama kali awak melewatt kawasan yang dikenal sebagai pasar burung. Mungkin masih terlalu pagi sehingga pedaganag burung belum lagi terlihat. Lanjut terus melewati Halte Kebon Pala menyelusuri trotoar yang bersih dan nyaman di sana juga terdapat beberapa tempat duduk. Mungkin nanti siang pedagang kaki lima akan memenuhi areal di sekitar ini.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Satu hal yang hampir sama di setiap pagi pinggir jalan adalah penjual bubur ayam. Di pinggir jalan depan gedung gedung perkantoran awak saksikan warga antre membeli bubur ayam untuk sarapan pagi. Rata-rata para pembeli itu orang kantoran dan juga tukang ojek yang memulai kegiatan pagi mengisi bensin dulu. Awak melewati Halte Toko Buku Gramedia dan dari jauh sudah tampak gedung tinggi yang atapnya melancip. Itulah gedung perwakilan Propinsi Sumatra Barat di Matraman. Bagus juga ide membangun rumah adat bergonjong di tengah Kota Jakarta.

Rasanya jalan kaki lumayan jauh sekitar 50 menit atau 3 Km. Awak nak istirahat sejenak di bawah tangga penyeberangan TransJakarta depan Hotel Balairung Matraman. Tampak penjulal goreng gorengan dan warung kopi kecil. Jadilah memesan kopi hitam dan 3 keping ubi rambat goreng. Duduk bersama seorang Bapak mengenakan kopiah haji. Kami bersalaman sementara si Mbak penjual minuman sedang mengocok telor kampong di gelas.

Si Uda menjelaskan bahwa dia memesan teh telor. Ajib, ternyata di kaki lima ada juga teh telor. Serta merta awak pun ikutan pesan ciek teh talua. Kopi yang sudah dipesan tadi awak hirup sedikit. Cerita punya cerita ternyata Si Mbak (bukan orang Padang) penjual minuman telor sudah lama menyajikan minuman khas dan istimewa orang Minangkabau.

Bersebab di sebelah ada kantor perwakilan Propinsi Sumatera Barat maka banyak orang minang berurusan di situ. Jadilah mereka ngopi-ngopi sambil bermain domino di kaki lima. Tentu saja tidak lengkap apabila kedai yang berdekatan tidak menyediakan teh telor. Itulah sebabnya Si Mbak diajarkan membuat minuman kegemaran perantau minang.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Soal rasa awak recommended teh telor bukan racikan urang awak itu super maknyoes. Si Uda yang tingal di Pondok Gede menjelaskan bahwa cara membuat teh telor itu lebih taraso apabila telor dikocok secara manual. Artinya 2 butir telur, hanya kuningnya saja, tidak dikocok pakai blender seperti yang dilakukan di restoran Padang modern.

Nah bertambah pengalaman awak terkait teh talua walaupun dulu beberapa tahun lalu bersama Uda Moesyawir (alm) kami menikmati teh talua terenak sedunia di Indarung. Bukan omong kosong setelah awak cek di mbah gugel memang benar adanya berita tersebut. Sampai sampai teh telor Kota Indarung Sumatera Barat mendapat undang khusus dari Kerajaan Malaysia (saudara serumpun) untuk mendemonstrasikan bagaimana membuat teh telor secara tradisional dan benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun