Â
Syaefullah asal Karang Tengah Garut sejak usia 15 tahun bekerja sebagai tukang sol sepatu. Sebenarnya tidak ada yang istimewa pemuda berusia 20 tahun ini kecuali di kotak peralatannya tertulis  Doa Ibu.  Asep demikian kami memanggilnya adalah langganan keluarga untuk urusan memperbaiki  sepatu  jebol, alas aus/miring dan segala macam kerusakan termasuk tali sendal putus. Pemuda berpenampilan gaya now bercelana jeans, kaos trendy dan bertopi merah tampaknya tidak mau kalah dengan cara berbusana  anak anak seusia.Â
Rabu 20 Desember 2017 pukul 07.00 Asep  memenuhi janji datang ke rumah setelah sehari sebelumnya kami bertemu di dekat lapangan tenis. Ada job men service 2 pasang sepatu dan sendal istri serta sepatu anak lelaki.  Sepatu made in dalam negeri memang harus diperkuat sebelum atau sesudah dipakai.  Diperkuat dalam artian wajib di jahit sekeliling sepatu karena dari pabrik sepatu itu hanya di lem saja. Demikian juga sepatu olahraga, paling sering di jahit atau ganti alas kaki bersebab lebih banyak sentuhan dengan lapangan keras.
Ini anak muda memang sangat terampil memperbaiki sepatu bersebab sejak kecil sudah ikut Ayah. Mereka  berjalan dari kampung ke kampung mrnyediakan jasa sembari berteriak sol sol sol. Tahu sendirilah orang kota sangat boros bersepatu.  Tidak sampai satu tahun sepatu memerlukan bantuan tukang sol. Apalagi bagi warga yang terbiasa berjalan dengan menyeret tungkai dimana alas kaki  bersentuhan dengan aspal sehingga kondisi sepatu miring kekanan atau kekiri (aus).Â
"Penghasilan saya tidak tentu Pak Haji paling kecil dapat tiga puluh lima ribu sehari terkadang bisa lebih sampai dua ratus ribu" Â Untuk biaya memperbaiki sepatu mengganti alas kaki baru 30,000 perak, Â sedangkan hanya menjahit sekeliling sendal atau sepatu 15.000 rupiah. Â Asep menjelaskan rezeki dari Allah yang sebagian besar di serahkan ke ibu setiap 2 bulan sambil pulang kampung.
Tulisan Doa Ibu di kotak kerja Syaefullah menunjukkan bhakti sepenuh hati untuk Ibunda di Garut. " doa ibu mustajab pak" Â kata Asep. Alhamdulillah rezeki saya lancar. Asep hanya tamatan Sekolah Menengah Pertama. Â Tidak seprti anak seusia melanjutkan ke SMA atau SMK, Asep di ajak ayah ke Jakarta ikutan jadi kenek tukang sepatu. Mau bertani lahan tak punya mau dagang modal na eweh.
Anak muda ini sudah mandiri. Kelihatannya profesi tukang sol menjadi pilihan utama. Mau kerja apa lagi di kota besar seperti Jakarta. Sementara anak muda seusianya kuliah, Asep terus berjalan dari satu gang ke gang lain. Tak mengenal  hujan panas demi mencari sesuap nasi. Ketrampilan terus diasah, kualitas jahit menjahit sepatu dan mengganti alas kaki lumayan memuaskan pelanggan. hanya memakan waktu 30 menit 4 sepatu selesai di rehabilitasi maaf maksud awak di reparasi atau di servis.
Doa Ibu selalu menyertai hidup dan kehidupan Asep. Anak muda ini so pasti  punya HP tetapi baru pada taraf ponsel  non android.  "Cuma bisa telpon dan sms saja, hape saya tidak bisa untuk motret Pak Haji"  Sekedar untuk  alat komunikasi nelpon mak di kampung. Ada juga pelanggan yang minta nomer hape Asep. Satu pesan sponsor tukan sol se nusantara yang diwakili Asep. Tolong Sepatu dan sendal bapak ibu yang  rusak jangan di buang,  kami bisa memperbaiki sebesar apapun kerusakannya. Dijamin alas kaki  bisa dipakai lagi bahkan kuat untuk dibawa berlari.  Sayang sayang duit beli sepatu baru....
Salamsalaman
TD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H