Â
Usai menghadiri Reuni Akbar Alumni 212 awak rehat sejenak melepas lelah di Restoran Ragusa. Â Sebenarnya banyak tempat makan di sekitar Jalan Veteran I Jakarta Pusat (dari Monas menuju Stasiun Commuter Line Juanda ) namun awak memiih atau lebih tertarik restoran yang sudah dii buka sejak Tahun 1932. Tentu saja tanda 1932 itu terpampang di bagian dalam Restoran dengan tambahan informasi makanan disini non formalin.Â
Hitung hitung Restoran khusus menyajikan Es Italia atau ice cream sudah sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia. Artinya Ragusa sudah ada di zaman penjajahan Belanda melayani warga Jalarta selama 85 tahun terus menerus tanpa tergusur oleh kuliner modern. Â Salut, hebat plus luar biasa karena masih bisa bertahan dari serbuan ice cream modern dengan banyak label terkenal sudah berhamburan di mal mal dan pusat jajajan,
Okelah cukup mahal untuk kantong seorang pensiunan tetapi tidak apa apalah sebagai penghormatan kepada produk dalam negeri. Selain itu kahadiran di Ragusa juga bisa dimanfaatkan untuk inspirasi menulis pada genre wisata kuliner. Rahasianya terdapat ketika ada  2 atau 3 maksud mengerjakan sesuatu kegiatan dalam waktu bersamaan maka awak bersemangat. Ibarat pepatah oran melayu sekali dayung  2-3 pulau terlampau.Â
Sembari duduk menikmati ice krim awak memperhatikan sekeliling restoran. Bangunan tua namun masih kokoh berdiri. Â Ciri khas bangunan zaman Belanda terletak pada plafon yang sangat tinggi di tengarai pula oleh jendela besar. Di dinding terlihat banyak foto jadul terkait pemilik sedang berpose dengan orang Belanda.
Kursi rotan meneglilingi meja sederhana. Kuris rotan ini cukup unik karena agak kecil dan rendah. Untunglah badan awak yang semakin tambun bisa dilesakkan ke kursi yang sudah jarang dipakai restoran modern.
Insha Allah awak mempunyai memory untuk reuni akbar 2018 akan mampir lagi di Regusa. Â Tentu saja dengan harapan semoga restoran tua ini masih berdiri tangguh tak tergusur oleh model model makanan instan. Amin. Â
Salamsalaman