Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Dia Beda "Walk Out" Ananda Sukarlan dengan Mas Mukidi

16 November 2017   08:25 Diperbarui: 16 November 2017   09:37 2346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terus terang sebelumnya awak tak mengenal siapa Ananda Sukarlan  Ternyata beliau adalah musisi kondang pribumi  yang telah membawa nama baik Indonesia di negeri orang.  Komunitas musik tentu membanggakan AS atas prestasi, itulah sebabnya beliau sangat populer di kancah selebritas. Mohon maaf bagi rakyat biasa seperti awak yang tidak memiliki wawasan musik tentu saja AS tidak begitu dikenal khalayak  apalagi bagi warga yang tidak ber sosial media.

Satu hal yang jelas sebagai fakta tak terbantahkan AS saat ini  sudah sangat terkenal se nusantara bersebab Aksi Walk Out pada acara 90 Tahun Pendidikan Kanisius.  Beliau beserta beberapa sahabat meninggalkan ruang acara ketika Gubernur Jakarta Anies Baswedan sedang menyampaikan Kata Sambutan.  Ya sudahlah peristiwa yang menyedot perhatian netizen telah terjadi, sekarang bagaimana sikap masing masing orang atas peristiwa itu adalah suatu kebebasan dalam menyampaikan pendapat.

Bagi awak sebagai pengamat budaya terutama fokus pada pergeseran tingkah laku di era global.  Tindakan AS bisa dimaklumi.  Sesungguhnya seseorang bertindak  tentu saja berlatar belakang pada lingkungan kehidupan sehari hari.  Disamping itu variabel pendidikan dan pengalaman dalam berkomunikasi atau bergaul dengan komunitas juga memiliki peran penting dalam bersikap.

Berdasarkan berita wawancara Najwa Shihab dengan Ananda Sukarlan di detik.com (15/11/2017) Ananda menceritakan hubungannya dengan Anies Baswedan. Dia mengaku dulu lumayan kenal, sering ngobrol dan berdiskusi dengan Anies. Bahkan pada 2015, saat dia mendapatkan  anugerah Kebudayaan RI, yang memberikan adalah Anies Baswedan. Ketika  itu Anies menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

"Saya dapat anugerah bareng dengan Romo Magnis ( Franz Magnis-Suseno)," kata dia.   Malam  itu, kata Ananda, dia sebenarnya ingin menyapa Anies Baswedan. Namun  posisi tempat duduk mereka ternyata berjauhan. Dan kebetulan Ananda  datangnya telat sehingga tak sempat menyapa Anies.  "Awalnya ingin menyapa, tapi kenapa kemudian walk out," tanya Najwa.  "Itu semesta lagi eror," jawab Ananda.  Setelah  aksi WO-nya heboh, Ananda ingin suatu saat bisa dipertemukan dengan  Anies Baswedan. Dia mengaku tak memiliki persoalan pribadi dengan Anies.  "Kalau sampai kita ketemu (dengan Anies), saya mau bicarakan soal ini. Kalau bisa empat mata, I like to do that," kata Ananda.

Pendekatan hak azazi dalam bersikap dan bertindak di alam demokrasi pasca reformasi bolehlah dikemukakan disini.  Namun lebih jauh dari itu tetap saja perlu ada permakluman dari orang lain bersebab kita hidup dalam alam budaya yang disesuaikan dimana kita berada. Berita AS meninggalkan forum secara demonstratif bisa saja tidak menjadi heboh ketika beliau berada dilingkungan musik atau alam terkait.  Peristiwa itu dianggap biasa saja dan tidak akan viral di media sosial.  Jadi ada nuansa permakluman disini.

Sama juga dengan sahabat kita di media sosial yang sangat akrab bernama Mukidi.   Ketika Mukidi akan meninggalkan (walk out)  Forum Terhormat misalnya ketika Presiden Pidato tidak menjadi masalah (heboh) besar.  Tentu saja ada alasan kuat Mas Mukidi meninggalkan fooum tersebut.  Ketika berdiri dari tempat duduk Mukidi mengangkat tangan memberi hormat kepada Bapak Presien atau minimal beliau sedikit membungkukkan badan.

Kenapa Bapak presiden dan kita bisa memberikan permakluman budaya untuk tindakan  Walk Out  Mas Mukid.  Tentu saja permakluman itu berangkat dari syak wasangka bersih dan positif.  Menurut hemat awak Mas Mukidi terpaksa meninggalkan forum terhormat bersebab 3 kemungkinan.

1. Sakit perut melilit karena salah makan berresiko mencret

2. Kebelet pengin buang air kecil

3.  Mendapat berita penting dari keluarga berskala emergency

Oleh karena itu WO versi Mukidi bukan karena dia tidak suka atas kehadiran Presiden.  Mukidi tidak ada rasa benci dan muak kebangetan kepada Presiden.  Dia hanya ingin izin sejenak keluar ruangan untuk menyekesaikan urusan pribadi dan nanti akan kembali lagi. Paham ? 

Untng saja Bapak Gubernur Anies Baswedan bersikap dewasa dan tak terpancing emosi. Kedewasaan tersebut berangkat dari kesadaran beliau bahwa beliau bukan gubernur untuk para pendukung ketika pilkada. Pak Anies mencoba bersikap sebagai Kepala Daerah Jakarta untuk semua warga dan berharap pula warga menyambut baik perilaku santun itu bersebab kita berada di kapal yang sama,

Point yang ingin awak sampaikan disin adalah bahwa permakluman itu bertoleransi tak terhingga ketika menyikapi sikap seseorang.  Pendekatan budaya rasanya lebih arif ketika memberikan komentar agar suasana menjadi lebih adem tanpa ada rasa kebencian.  Hanya saja setiap peristiwa menjadi pembelajaran bagi sang pelaku dan juga masyarakat bahwa dalam bersikap itu hendaknya meniru falsafah kehidupan nenek moyang kita. Masuk kekandang harimau mengaum masuk kekandang kambing mengembek tanpa harus berubah menjadi harimau dan kambing.

Salamsalamn

TD

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun