Hijrah
Ahad 24 September 2017 awak olahraga pagi jalan kaki di sekeliling Perumahan Bumi Harapan Permai (BHP) kawasan Kampung Dukuh Jakarta Timur. Inilah pola olahraga jalan kaki untuk mengantikan permainan tennis lapangan yang telah di geluti selama 40 tahun. Rasanya tidak nyaman lagi olahraga penuh tantangan (adrenalin) untuk usia 65 tahun. Sudah agak sulit mengontrol gerakan apalagi terpengaruh nafsu ingin selalu menang bersebab permainan tenis ada hitungan. Oleh karena itu hijrah dari tennis ke jalan kaki awak putuskan mulai 1 M uharram 1439 Hijriah bersamaan dengan 21 September 2017.
Salah satu atau salah dua sampai lima kelebihan dari olahraga jalan kaki di banding tennis adalah terbukanya kesempatan mengamati lingkungan sekitar pada route jalan kaki. Selain itu awak bisa berteguir sapa dengan sesama penggiat jalan kaki apakah itu tetangga atau siapa saja dia yang penting semakin semangat sampai badan berkeringat. Cukup 45 menit berjalan setelah melakukan warming up dan diakhir dengan calling down. Terasa nikmat luar biasa ketika kaos basah oleh peluh sebagai indicator olahraga hari itu telah mencapai zona latihan (exercises zone)
Terbukanya peluang mengamati hidup dan kehidupan para pejalan kaki dan apapun peristiwa yang terjadi sesungguhnya inspirasi untuk menulis. Contohnya dalam 2 hari berjalan kaki awak menemukan atau dalam artian tepatnya mendapatkan inspirasi menulis. Tulisan itu dirangkum dalam topic Today Story yang nantinya akan terus mengalir dengan satu keyakian setiap berolahraga jalan kaki selalu saja ditemukan bahan untuk dijadikan artikel demi artikel. Alhamdulillah.
Salah sangka
Ketika olah raga jalan kaki memasuki putaran ke 4 di depan terlihat seorang anak muda sedang mengasuh 3 ekor anjing. Dari jarak sekitar 7 meter awak menyaksikan seekor anjing merendahkan bokong ditengah tengah jalan. Ech ternyata buang hajat alias Beol. Uhf seketika timbul pikiran, nah kotor neh jalanan ada tahi anjing.
Sialan juga tuh anak muda membiarkan anjing buang air besar (BAB) di tengah jalan yang sudah bersih, tadi baru saja di sapu Pak Denny. Itulah pikiran awak dan segera ingin bertindak menegur si pengasuh doggie.
Belum juga awak mendekati mereka, tiba tiba anak muda mengeluarkan sebuah kantong plastik warna putih dari sakunya. Dia menunduk kemudian mengambil tahi (kotoran) anjing tersebut. Great. Waduh, awak terkesima dan malu hati. Syak wasangka didikan syetan itu seketika lenyap. Berganti dengan permintaan maaf kepada diri sendiri dan terima kasih malaikat yang menahan awak tidak berang.
Ternyata anak muda ini luar biasa dan bertanggung jawab. Kantong plastik berisi kotoran anjing dia tenteng sehingga tidak menimbulkan kotoran yan g bisa jadi merepotkan warga sekitar dan pejalan kakai. Mungkin plastic putih berisi kotoran anjing dibawa pulang kemudian di masukkan ke toilet keluarga. Thats today story
Ayiek Sendiri
Commuter line menuju Bogor mulai sepi ketika melewati stasiun Citayem. Senin 25 September 2017 Pukul 16.30 kami naik dari stasiun Tanjung Barat. Kereta api modern ini samgat penuh. Penumpang sangat berdesak maklum jam pulang kerja.Alhamdulillah setelah Stasiun Citayem bisa mendapat tempat duduk, demikian pula dengan penumpang lain, kini tidak ada lagi yang berdiri.
Perhatikan dokumentasi foto diatas hampir semua penumpang berkomunikasi mandiri via hp. Tidak peduli dengan orang duduk disebelah. Gejala apa ini. Apakah telah terjadi pergeseran pola komunikasi di negeri. Seperti dimaklumi rakyat Indonesia dulu terkenal sebagai warga yang sangat sopan santun ramah tamah dan saling menyampaikan salam dan bertegur sapa. Entahlah...
Poin yang ingin disampaikan disini adalah dengan olahraga berjalan kaki bisa mengamati perilaku anak manusia dari sisi pendekatan budaya. Sungguh satu kenikmatan luar biasa mendapatkan inspirasi kehidupan untuk di jadikan bahan tulisan. Ya inspirasi menulis itu datang dari mana saja dan kapan saja asalkan kita peka terhadap yang terjadi di sekeliling kehidupan warga. Tulisan bisa di kemas dalam bentuk reportase dalam rangkuman today story. Semoga tulisan seperti ini bermanfaat atau paling tidak menjadi bahan renungan dari pada hanya bengong sendiri dirumah didepan televisi lagi.
Salam salaman
TD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H