Terbetik berita bahwa Balaikota menerima begitu banyak kiriman karangan bunga. Inilah salah satu bentuk ungkapan cinta kasih kepada Pak Ahok. Karangan bunga dikirim dari berbagai tempat dan berbagai toko penyedia layanan jasa atas pesanan warga Jakaarta. Tidak usyahlah ditelisik siapa saja pengirim karangan bunga namun yang dapat dipastikan datang dari pendukung Pak Ahok.
Pada kesempatan ini saya akan mengulas fenomena ini dengan pendekatan sosial budaya. Kalau boleh dinilai bahwa ekspresi kiriman karangan bunga di Balaikota merupakan apresiasi warga sebagai bentuk ikut merasakan duka atas kekalahan Pak Ahok. Sejatinya makna bunga di identikkan ekspresi kebersamaan dalam duka dan juga sebagai hiburan bahwa anda tidak sendiri, Lebih dalam lagi ungkapan tersebut dimaknai sebagai tanda bahwa kami masih bersama Pak Ahok. Wajar saja kadar emosional tergambar di isi karangan bunga sampai sampai menyebutkan diri dari Kami yang patah hati.
Seperti dimaklumi penyedia jasa karangan bunga sudah membuat frame khusus dalam bentuk standard. Frame itu berupa berita duka cita, ungkapan selamat pernikahan, ucapan selamat atas jabatan baru atau bisa juga ucapan selamat dibukanya kantor baru. Itulah frame standard, sehingga ketika ada pesanan maka penyedia jasa tinggal menambahkan untuk siapa dan dari siapa. Pola kerja tukang karangan bunga memang demikian selalu siap siaga mengingat terkadang pesanan itu mendadak dan perlu waktu yang super cepat mengirim ke alamat pesanan.
Tentu saja penyedia layanan karangan bunga terkaget kaget ketika menerima pesanan puluhan bahkan ratusan ucapan belas kasih untuk Pak Ahok. Tidak biasanya pesanan melebih kuota sehingga perlu ekstra kerja keras memenuhi pesanan tersebut. Satu hal yang menggembirakan pesanan itu dikirim ke satu alamat yaitu balaikota, Sehingga dengan demikian memudahkan karena sekali antar bisa membawa puluhan karangan bunga. Saya tidak paham apakah Pak Ahok sendiri yang menerima karangan bunga tersebut atau staf yang jelas jejeran ungkapan belas kasih itu terhampar di halaman balai kota.
Bagi pak Ahok tentu menggembirakan menerima ungkapan belas kasih, rasanya penderitaan (kalau boleh dikatakan begitu) atau beban bisa terbagi. Bukankah berbagi itu bukan saja dalam bentuk kesenangan justru dalam suasana kekalahan, berbagi memiliki makna paling dalam. Disana ada kebersamaan dan persahabatan sejati. Teman yang baik adalah teman dikala duka. Pak Ahok pasti terharu dan selanjutnya berkomitmen pada diri sendiri bahwa dia harus membuktikan dukungan sahabat itu tidak sia sia. Kedepan tentu pak Ahok akan menampilkan sosok yang lebih elegan guna membuktikan (lagi) bahwa dirinya adalah pribadi yang bisa diandalkan.
Seorang sobat mengatakan cukup sudah membahas perihal karanagn bunga toh bunga itu akan layu dalam hitungan hari. Kenapa tidak ungkapan tersebut lebih berbentuk permanen misalnya bantuan bea siswa untuk dhuafa atas nama Ahok, kan ini lebih bermanfaat. Ya sudahlah sobat, masih ada kesempatan mengirim bunga atau bentuk empaty lain. Pak Ahok menyadari dirinya sudah merupakan bagian dari masyarakat sehingga diharapkan tampilan kedepan tidak mengecewakan para pendukung.
Salamsalaman
TD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H