Sumber : pinterest
Lewat Pantun
Selasa, 11 April 2017 saya mendapatkan pembelajaran kehidupan. Memasuki usia ke 65 ternyata saya masih bodoh. Bodoh dalam artian kenapa informasi tentang filosofi Jam Dinding baru saya dapat setelah berkelana dan berjalan jauh menjelajah ke seantero muka bumi. Tapi sudahlah paling tidak ada rasa syukur terpatri di hati ini. Walaupun terlambat filosofi kehidupan itu akan menjadi salah satu pedoman kehidupan. Pedoman kehidupan baik bagi diri sendiri maupun bagi sobat pembaca yang kemudian berkenan men share tulisan ini. Dengan demikian ada azas manfaat ketika kita gemar berbagi kebaikan kepada sesama.
Seperti biasa setiap pagi saya menyapa sahabat dunia maya di media sosial melalui facebook, Whatsapp dan Twitter serta sarana internet lainnya. Sapaan dan sedikit candaan saling berbagi dan mengingatkan untuk para sahabat bisa berbentuk celotehan ringan dan terkadang seuntai Pantun. Baru saja mengirim Pantun isinya begini :
Tebing Tinggi kampong di Sumut
Kuatkah Tuan jalan mendaki
Kalau ada sesuatu nan luput
Ikhlaskan saja belum rezeki.
Ternyata Pantun tersebut mendapat apresiasi dari sobat dunia maya. Bahkan ada yang berkomentar melalui berbalas pantun dan ada pula yang memberikan jempol. Satu hal yang luar biasa tanggapan dari seorang sahabat yang kebetulan bermukim di kawasan Sumatera Utara. Dr Rommy namaya, Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi. Dokter Polisi ini membalas pantun saya dengan filosofi kehidupan Jam Dinding yang menjadi pegangan hidup terkait makna bekerja dengan ikhlas. Ada baiknya untaian Filosofi itu kita rekam disini :
Belajar Dari Jam Dinding
Dilihat orang atau tidak , ia tetap berdenting