Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sandal Masuk Kampus

11 April 2017   10:42 Diperbarui: 11 April 2017   10:54 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Foto TD

Boleh saja

Budaya tradisonal yang sangat terasa peka sekali dalam pergaulan sehari hari. Apapun yang dikenakan  seseorang menjadi bahan perbincangan hangat bahkan trending topic seperti ketika Syahrini berhijab tetapi juga memakai rok mini.  Wajar saja sebagai seorang selebritis papan atas setiap gerakan dan tingkah laku serta busana yang dikenakan termasuk model rambut Syahrini menjadi sesuatu  (sesuai jargon).

Seorang mahasiswa belum ditanya sudah lapor. " Maaf Pak Saya pakai sendal, karena tumit saya sakit habis main futsal tadi malam"  Dia memang agak kencot (jalan tertatih tatih) ketika masuk ruang kelas.

"Oh ya kenapa kaki mu tidak diperban?" saya bertanya sambil melihat kaki nya yang telanjang bersendal jepit

“Cuma keseleo pak,  saya belum bisa pakai sepatu , ntar juga sembuh"  Itulah alasan sekaligus jawaban sang mahasiswa

Kemudian saya  menganjurkan kepadanya agar memerban tumit yang sakit.  Memerban atau membalut kaki dengan kasa putih sebagai petanda ke khalayak bahwa kakinya memang  sedang ada masalah.  Walaupun kaki  diperban karena bukan ada luka terbuka, paling tidak segenap warga kampus tidak akan bertanya tanya lagi kenapa dia tidak memakai sepatu.  Sang mahasiswa pun tidak perlu menjelaskan baik ke dosen atau kepada civitas akcademika kenapa hari itu dia pakai sandal yang jelas jelas tidak sesuai  dengan tata tertib kehidupan kampus.

Ada Alasan Logis

Inilah salah satu kiat praktis dalam pergaulan sehari hari yang patut  kita contoh.  Masyarakat sangat memperhatikan penampilan seseorang ketika ada yang aneh terjadi pada busana atau asesoris yang dikenakan.  Aneh itu bermakna ada sesuatu yang ganjil atau katakanlah tidak biasa dilihat oleh warga sehingga mereka memberikan komentar.  Tentu saja komentar itu bisa bernada negatif dan juga sedikit sinis sembari mencibirkan mulut.

 Oleh karena itu seandainya anda memang sedang batuk batuk misalnya, maka lindungi diri anda dengan  syal di leher.  Syal tebal adalah  alat pengaman yang super prakits untuk menjawab pertanyaan atau pandangan mata orang di sekeliling  ketika anda tidak bisa menahan batuk. Warga akan memahami otomatis  keluarlah celoteh  yang kira kira bunyinya begini : "oh lagi flu berat ya"

Banyak lagi contoh yang bisa praktekkan dalam kehidupan sehari hari terkait halangan yang terjadi pada sosok seseorang.  Misalnya anda berkopiah dan memakai baju berwarna hitam, maka dengan sendirinya tidak akan timbul pernyataan nyeleneh karena anda sedang melayat jenazah seorang kerabat.  Lain halnya ketika anda memakai topi koboi dan bercelana jeans sewaktu melayat maka warga pasti usil "kuda nya di tambatkan dimana"

Sabuk Pengaman

Nah apa yang dapat kita ambil dari peristiwa keseharian ini.  Pada dasarnya warga selalu meminta penjelasan ketika seseorang tampil rada aneh.  Untuk menjawab pertanyaan  itu tidak harus dilakukan satu persatu ke orang per orang bahkan pakai pers confrence segala.  Cara yang paling praktis adalah tidak tampil aneh saja.  Namun ketika anda terpaksa juga harus tampil aneh maka sebaiknya ada sabuk pengaman yang digunakan.

Artinya sabuk pengaman adalah jawaban kenapa anda tampil aneh tidak seperti biasa seperti membalut kan perban di kaki yang sakit.  Contoh memakai syal di leher juga adalah kita  sederhana namun tidak terlalu merepotkan.  Sabar saja menghadapi celoteh warga yang memang gemar mengurusi orang lain dari pada mengurusi dirinya sendiri. Itulah budaya nusantara dan nampaknya kita sudah terbiasa menghadapinya.

Jakarta, 11  April 2017

Thamrin Dahlan.  

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun