Sumber : Viva co.id
 Hujan kehendak alam nan ramah
 Tak pandang musuh tak lihat kerabat
 Kini air hujan bertandang ke rumah
 Selamat datang wahai sahabatÂ
Terpapar text diatas, sobat bisa baca seuntai pantun santun.  Isi pantun tidak menyalahkan siapa siapa kecuali kambing hitam.  Alam sedang unjuk rasa bersamaan pula dengan demonstrasi FUI di depan gedung DPR RI.  Itulah sebabnya kode 212 tahun 2017 merupakan lanjutan dari spiirit 212 Tahun  2016 dalam aksi Bela Islam.  Jadi biarlah Pak Ahok kosentrasi menghadapi sidang gugatan ke - 11 penistaan agama yang dituduhkan kepadanya.  Jangan dulu tanya soal banjir hari Selasa ini.  Ajukan gugatan perihal genangan air kepada Wakil Gubernur Mas Djarot Syaifullah.Â
Awak pagi tadi berniat akan memberikan kuliah.  Telah siap sedia  berangkat namun sementara terpaksa tertunda.  Tertunda melakukan kegiatan rutin setiap hari keluar rumah karena ada genangan air (istilah Pak Djarot) memenuhi jalan aspal di depan kediaman.  Benar Pak Wakil Gubernur bukan banjir bah namun banjir biasa saja yang ternyata juga menganggu aktivitas warga. Â
Anehnya anak buah Pak Djarot tak mempelihatkan diri di sekitar lingkungan kampong kami.  Paling tidak basa basi ya Pak menunjukkan bahwa kepedulian ada di sisi birokrat. Biarlah awak berbaik sangka mungkin para petugas Pemda DKI itu sedang berada di wilayah dengan gengangan air diatas lebih 100 cm.  Mungkin mereka lebih berguna disana sembari membawa perahu karet dan alat pompa air serta peralatan lainnya yang mampu membantu warga yang nyaris tenggelam.  Seorang teman di fb menasehati awak agar bersabar dan berdoa semoga air segera surut.  Tetapi 4 jam setelah air bertamu ke kawasan kami belum juga tampak gejala akan surut sampai awak selesai menulis artikel ini pukul 11.15 wib.
Ketika asyiek  merenung dirumah sambil  bermedia sosial  WA dengan 20 komunitas ternyata trending topik dunia maya memang ramai membahas soal banjir.  Lebih banyak warga mengeluh dari pada memberikan solusi.  Tidak salah juga Bung, wajar mengeluh dan sedikit mengutuk serta dan sedikit protes kepada pemangku wewenang kenapa banjir tak juga bisa diatasi di kota metropolitan ini.  Memang benar alam jangan disalahkan.  Air datang dari hulu di kota Bogor,  siapa yang sanggup membendung.  Bendungan itu bernama Katulampa. Seandainya si  bendungan itu  bisa berbicara tentu dia sudah minta pensiun sejak dulu.  Minta berhenti menahan gempuran air yang begitu deras menghantam tubuhnya  yang semakin rapuh bersebab usia nan tua sejak dibangun penjajah Belanda.Â
Sementara awak memantau suasana banjir ibukota melalui media sosial. Â Ini dia salah satunya. Ratusan titik banjir menjadi perbincangan warga DKI Jakarta, Selasa 21 Februari 2017. Langganan tahunan di musim hujan ini selalu menjadi momok bagi warga ibu kota. Â Kemacetan lalu lintas dan dampak genangan air yang merendam sejumlah wilayah menjadi masalah pelik yang tak kunjung tuntas. Di lini massa twitter, hujan dan banjir yang mengguyur dilaporkan netizen telah merendam sejumlah titik. Salah satunya lewat laporan di yang menampilkan ratusan aduan warga DKI Jakarta yang terkena banjir. ( http://metro.news.viva.co.id/news/read/885454-ada-ratusan-titik-banjir-jakarta-pagi-ini )Â
Ikon 212 ternyata memikili makna tersendiri bagi warga Jakarta khususnya umat Islam. Awak tak monitor bagaimana suasana unjuk rasa di depan gedung DPR RI.  Semoga ditengah guyuran hujan semangat saudara saudaraku muslim tidak luntur bahkan semakin mendapatkan curahan rahmat.  Kita tungu saja bagaimana hasil unjuk rasa tersebut dengan doa semoga tidak terjadi benturan fisik antara pihak keamanan dengan pendemo.   Kita sama sama rakyat Indonesia namun berbatas dengan tugas dan peran.  Ketika kesadaran persatuan itu menjadi niat bersama awak  yakin unjuk rasa 212 inipun tak menggelora sehingga menimbulkan korban jiwa.
Oke Pak Ahok, silahkan kosentrasi di pengadilan.  Biarlah anak buah anda diseluruh jajaran Pemda DKI Jakarta turun di genangan air.  Pak Djarot awak rasa mampu mengatasi banjir 212 ini.  Satu saja yang diharapkan warga adalah  kehadiran PNS DKI di titik titik banjir sebagai bentuk kepedulian .  Mungkin itu saja sudah cukup apalagi kalau mereka membawa nasi bungkus, dan kemudian mendirikan dapur umum serta menyediakan tenda  tenda pos kesehatan di areal pengungsian.  Sementara itulah yang bisa dilakukan secara optimal oleh Pak Djarot , Jangan takut atau kuatir warga tidak marah kog karena genangan air maksud saya banjir.  Warga Jakarta  sudah sangat bersahabat dengan air sehingga bisa dikatakan langganan kedatangan tamu didalam rumah sampai ke dapur.
Lucunya sambil menunggu air hujan surut di WA ada saja joke joke ringan sebagai pelipur lara karena terkurung di rumah. Â Salah satu dari joke itu berbunyi begini. Dalam permainan catur ada jurus rokir. Â Ketika posisi raja dalam keadaan terdesak maka untuk mengamankan baginda maka dilakukan rokir. Â Rokir adalah perpindahan tempat atau istana raja dengan poisi Benteng. Terinspirasi dari jurus rokir tersebut kenapa tidak Jakarta dan Bogor berkesepahaman bertukar lokasi. Â Ketika kesepakatan itu di tanda tangani maka dijamin Kota Jakarta akan bebas banjir sampai tahun 2045 ketika Indonesia merayakan proklamasi yang ke 100.
Point yang ingin awak sampaikan disini adalah bahwa alam bisa dibuat bersahabat ketika umat manusia menjaga dan memelihara kelestarian  lingkungan. Alam terpaksa  bringas bin marah ketika habitatnya terganggu akibat ulah oknum manusia.  Air setetes ketika berhimpun bersama tetes tetes lainnya akan menjadi air bah.  Siapa yang bisa menahan derasnya kedatangan mereka. Â
Dari hulu berhimpun menuju hilir mengalir deras sampai menemukan tempat yang paling rendah sesuai dengan sifat air. Wilayah paling rendah disanalah tempat  mereka berhimpun dan mampir.  Ternyata tempat berhimpun tersebar diseluruh wilayah jakarta bahkan sampai ke Monas dan Istana Presiden.  Mereka berhenti sejenak karena tidak tahu lagi akan  pergi ketempat mana yang lebih rendah. Ingin menuju samudra luas namun  mereka tertahan oleh saudaranya air asin laut yang sedang pasang.  Kalau boleh awak menjelaskan : Itulah defenisi yang sebenarnya tentang banjir Pak Djarot.
Salamsalaman
TD
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H