Makna Sejati Demokrasi dan Diskriminasi
Tidak usahlah buat defenisi defenisi – an tentang Demokrasi, Diskriminasi dan Toleransi. Semua orang juga paham bahwa padanan kosa kata dari bahasa Inggris  itu bila di Indonesia kan menjadi kalimat panjang. Semua orang juga paham bahwa 3 kata itu mudah diucapkan namun sulit di terapkan dalam kehidupan keberagaman.
Satu hal yang tidak terbantahkan bahwa 3 kosa kata itu tidak berdiri sendiri.  Ada keterpautan yang sangat erat ketika  seseorang pakar bicara tentang demokrasi maka dia tidak boleh lupa membahas tentang diskriminasi dan toleransi.  Sungguh naïf apabila topik toleransi dibiarkan sendiri tanpa melihat akar pemasalahan yang justru berangkat dari keburukan  demokrasi dan perilaku diskriminasi.
Baiklah kita ulang sedikit pengertian demokrasi secara sederhana yaitu dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.  Itulah roh demokrasi nan terlupakan, terabaikan dan terpinggirkan terutama pada sisi untuk rakyat. Ketika penguasa bicara tentang demokrasi  maka makna yang terkandung  dari setiap gerak langkahnya bahwa dia sudah menikmati kekuasaan yang didapat dari rakyat.Â
Ketika masih berjuang merebut atau mempertahankan kekuasaan seolah semua oleh rakyat.  Nama rakyat dibawa bawa, nama rakyat kecil di gadang gadangkan bahwa perjuangan calon pembesar  itu murni oleh rakyat. Bulsit.  Sejarah mencatat banyak oknum pejabat melupakan dirinya dan juga janji janji  setelah tahta diletakkan di kepala.  Tidak banyak pejuang rakyat yang mampu memelihara ruh perjuangan, sebagian besar terpesona dan menikmati syahwat dunia.  Para pejuang yang masih konsisten inilah yang nantinya survive mendapat penghargaan dari rakyat sebagai negarawan. Sebaliknya yang lain terkena kasus KPK atau jatuh sakit merana karena mengkhianati perjuangan atas nama rakyat tadi.
Kini kita sampai ke kosa kata diskriminasi.  Pada dasarnya kehidupan manusia itu ketika dia dilahirkan maka tidak ada pilihan.  Itulah takdir apakah dia menjadi orang Padang, orang Madura atau orang Amerika. Nah ketika pemahaman intelektual bisa menerima kelahiran itu adalah sebuah takdir maka tidak ada lagi yang perlu dipersoalkan apalagi dipertentangkan atad perbedaan fisik. Kulit hitam dan kulit putih, hidung mancung dengan hidung pesek, rambut ikal dan rambut lurus, wajah tampan dan wajah sedikit jelek  bahkan mata sipit dengan mata jeblok.  Inilah pemahaman sempurna yang selaiknya dimiliki oleh setiap manusia, sehingga tidak ada lagi percecokan karena kita berbeda.
Takdir itu Final
Justru soal anugerah dari Tuhan Yang Maha Pencipta berupa kondisi raga (fisik) Â itu adalah suatu keniscayaan yang tidak terbantahkan. Â Semua penciptaan Tuhan wajib diterima apa adanya dan tidak perlu diubah melalui operasi plastic. Menjadi pesoalan penting bagi dunia pendidikan apakah pemahaman non diskriminasi ini sudah diajarkan sejak duduk di bangku sekolah dasar. Pada dasarnya anak manusia itu dilahirkan polos ibarat kertas putih. Â Peran otrang tus dan guru menorehkan tinta emas di lembaran kosong tersebut . Â Terutama tentang keberagaman dalam pendekatan perbedaan sebagai Takdir Illahi. Inilah makna sebenarnya dari Bhineka Tunggal Ika
Diskriminasi muncul ketika orang perorang gagal paham tentang makna sejati perbedaan. Inilah persoalan dunia, pertikaian antar suku yang bergerak meluas menjadi persoalan dunia. Mulai dari diri pribadi seseorang merasa lebih ganteng atau lebih cantik dari orang lain sehingga dengan seenaknya melecehkan kaum yang ditakdirkan berwajah buruk. Â Ketika pemikiran itu berkolusi satu sama lain maka dia berkembang menjadi superioritas satu suku kepada suku kampong sebelah. Akhirnya meluas ke persoalan bangsa yang merasa lebih hebat dari bangsa lain. Â Inilah akar munculnya keributan dunia karena masalah diskriminasi.. Â Mereka menganggap komunitas yang berbeda dengan dirinya adalah musuh. Uhf
Kini kita boleh bicara toleransi setelah memahami makna sejati dari demokrasi dan diskriminasi. Â Sesungguhnya toleransi adalah obat mujarab untuk menghilangkan dan menyembuhkan penyakit salah kaprah demokrasi dan sikap keterlaluan diskriminasi. Â Â Sikap Toleransi wajib di ajarkan dan diberikan kepada seluruh warga. Â Toleransi yang bagaimana yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari hari ketika berbenturan dengan varabel agama, social budaya, ekonomi dan masalah pertahanan dan keamanan. Â
Toleransi adalah suatu sikap kedewasan dari orang perorang untuk menerima keberadaan orang lain apa adanya. Toleransi memiiliki tingkatan berskala besar.  Ada sumbu pendek itulah orang yang mudah terprovokasi karena sikap toleransi nya berada di skala rendah.  Ada pula sumbu panjang, inilah warga atau suku bisa jadi bangsa yang memiliki  kedewasaan dalam memandang setiap perbedaan itu adalah suatu anugreah. Toleransi seperti inilah yang kita harapkan dalam kehidupan antara anak manusia tanpa mengorbankan aqidah.
From Nothing to Something
Arti Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi satu jua yang berasal dari buku atau kitab sutasoma karangan Mpu Tantular / Empu Tantular. Secara mendalam Bhineka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air. Dipersatukan dengan bendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama. Itulah arti dari tiada menjadi ada from nothing to something Indonesia Raya.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau dimana setiap daerah memiliki adat istiadat, bahasa, aturan, kebiasaan dan lain-lain yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhineka tunggal Ika pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dimana setiap oarng akan hanya mementingkana dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa perduli kepentngan bersama.
Bila hal tersebut terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah belah. Oleh sebab itu marilah kita jaga bhineka tunggal ika dengan sebaik-baiknya agar persatuan bangsa dan negara Indonesia tetap terjaga dan kita pun haruslah sadar bahwa menyatukan bangsa ini memerlukan perjuangan yang panjang yang dilakukan oleh para pendahulu kita dalam menyatukan wilayah republik Indonesia menjadi negara kesatuan.
Peran Pemimpin
Kita boleh berbeda namun keberadaan di dunia ini adalah satu amanat murni dari Tuhan Yang Maha Kuasa karena sesungguhnya perbedaan itu adalah satu takdir yang bersifat final yang tidak perlu di bahas lagi. Namun itulah kehidupan, manusia tidak terlepas dari nafsu yang di komandoi  oleh syetan nan di rajam.  Kelemahan iman sangat berpotensi mempermasalahkan demokrasi, diskrimniansi yang berujung munculnya waham intolerasi dalam pergaulan anak manusia.
Ketika hal itu terjadi  tidak bisa dihindari muncul paham paham aneh yang berujung pada perbuatan menyalahi kaedah kehidupan normal.  Inikah cikal bakal dari korupsi, kolusi, nepotisme,  tindak criminal melanggar hukum sampai kepada terorisme.  Ketika para penguasa lalai maka berlakulah hokum siapa menanam dialah menuai. Pemimpin yang gagal paham tentang demokrasi dan diskriminasi cendrung intoleransi.  Sikap ini menyuburkan paham paham yang ber tentangan dengan Pancasila dan UUD 45. Â
Point yang ingin saya sampaikan disini adalah bahwa Sikap Terpuji Toleransi bisa dimiliki oleh setiap anak manusia ketika pembelajaran dari rumah tangga, pendidikan  dasar sampai ke perguruan tinggi memberikan pemahaman yang benar tentang makna sejati demokrasi dan diskriminasi.  Memang tidak semua rakyat bisa mengecap dunia pendidikan justru  disinilah letak peran para pemimpin negri ini untuk memberikan tauladan kehidupan yang melindungi, mengayomi dan melayani rakyat sehingga tercipta suasana nyaman, aman dan tenteram bagi seluruh anak negeri.
 Wallahu alam bi sawab.
Salamsalaman
TD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H