Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Nonton Bola Perasaan Ini Seperti di Aduk-aduk

8 Desember 2016   16:33 Diperbarui: 8 Desember 2016   17:00 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cemas

Rasanya hati ini seperti di aduk aduk ketika nonton siaran langsung bola sepak. Sungguh mati ada perasaan bermain disini. Betapa tidak ketika Boaz dan kawan kawan berlaga di lapangan bola Vietnam jiwa seluruh rakyat Indonesia seolah terbawa kesana. Gejala apa ini. Bukankah ini suatu hanya tontonan bergenre hiburan saja,  Bukan. Lebih jauh dari itu ada rasa nano nano disini.

Separoh jiwa rakyat Indonesia ikut berjuang bersama Andik.  Apalagi  ketika bola sedang di daerah pertahanan Vietnam. Rasa kaki ini ingin ikut menendang. Ayo gol gol gol,… .  Dan ketika pertahanan kita di gempur entah bagaimana menggambarkan perasaan ini.  Rasanya deg deg an kuatir gawang kita bobol. Ingin rasanya ikut menghadang si kulit bundar bersama kiper ketika pertahanan di gempur habis habisan.

Sobat, sejujurnya inilah totonan terbaik, terpopuler dan tersegala galanya bagi rakyat Indonesia. Siapakah dia dari konglomerat sampai si melarat semua suka bola. Seluruh rakyat Indonesia apakah bapak, Ibu dan remaja nongkrong habis habisan di depan televisi.  Sema keperluan dan pekerjaan ditunda dulu. Kami sejujurnya menyaksikan dengan mata melotot disertai desahan napas. Jantung ini berdebar keras sembari berdoa tiada putus putusnya agar Indonesia menang.

Lihat saja jalanan protokol dan jalan desa. Tidak ada lagi orang berseliweran dimanapun. Bahkan kriminalitas menurun selama pertandingan berlangsung.  Preman pun suka bola coy.  Semua warga tumplek nonton bareng baik di kedai maupun dirumah bersama keluarga. Sopir sopir tidak peduli lagi apakah setoran sudah cukup atau belum. Peduli amat yang penting menikmati tontonan bola gratis.  Setoran gimana nanti aje.  Sorak sorai penonton bahkan melebihi suara di stadion ketika gol melesak kegawang vietnam.

Injuriy Time

Sebaliknya semua rakyat terdiam bisu ketika kiper kita mengambil bola dari dalam gawang. 90 menit penuh arti dalam perjalanan menuju final piala AFF. Bersama Rendi ananda kedua kami asyiek menonton. Tadi sore kami paksakan membeli antene tv baru bersebab dari tv kabel langganan tidak ada agenda siaran langsung bola. Alhamdulillah antenne tv indoor seharga 35 ribu perak sangat menolong. Gambar jelas dan rasanya lega dibanding kemarin layar teve kami seperti dikerubungi semut.

5 Menit inury time Indonesia sudah dalam posisi menang. Skor ketika itu 1 - 1. Berarti tinggal 3 menit lagi Indonesia maju ke babak final. Namun apa daya gempuran Vietnam akhirnya berhasil merobek gawan kita. Rasanya mau putus jantung ini. Kita kalah itu pikiran awak. Langsung saja awak matikan teve di sertai perasaan kecewa berat melesak di hati. Rendi demikian juga.

Ech tiba tiba Rendi berteriak dari lanta dua. “ Papa papa Indonesia dapat tendangan finalty”. Awak kaget, masih ada kah kesempatan untuk Indonesia. Oh ternyata skor agregat sama maka dilakukan perpanjang waktu 2x 15 menit. Mulailah kami mendekati televisi lagi. Ada rasa plong disini ternyata harapan itu masih ada. Inilah hebatnya tontonan siaran langsung, Rasa memiliki yang kata orang pintar disebut nasionalisme itu membuncah di hati seluuruh rakyat Indonesia.

Tendangan pinalti masuk. Syukurlah kini Indonesia unggul. Paling tidak Vietbam harus melesakkan 2 gol lagi kegawang Indonesia kalau mereka ingin maju kefinal. Waktu berinsut terasa seperti siput berjalan,\Lambat. 20 menit perpanjanan waktu itu seperti neraka kita semua apalagi bagi pemain bola sepak Indonesia. Merka di gempur habis habisan ditengah sorak sorai penonton tuan rumah. Boaz, Lilipaly dan Andik pemain utama tidak ada lagi dilapangan. Dengan sisa sisa tenaga pemain lama dan pemain pengannti mereka berjibaku dilapangan.

Nasionalisme

Doa pun dilantunkan. Terus berharap jangan sampai keolongan lagi di menit menit terakhir.  Pelatih Vietnam tampak cemas sekali, Waktu berjalan terus . Apakah masih mungkin Vietnam menambah 2 gol dalam waktu 5 menit. Dalam hati pelatih nasional  Alferd Riedl ada harapan. Beliau berteriak keras  agar anak asuhnya berjuang mati matian. Habiskan tenaga mu, Jangan gegagah, kalian pasti bisa. Akhirnya wasit meniup peluit petanda pertandingan semi final leg ke - 2 usai/

Lega. Durasi 120 menit berbentuk stress berskala nasional pun  berkhir. Awak minum air dingin rasanya seperti minuman syurga. Terima kasih pesepak bola indonesia. Anda telah berjuang dengan semangat 45. Kami terhibur dan bersyukur Indonesia masih ada. Masih eksis  di belahan Asia Tenggara. Maju ke final adalah pretasi membanggakan. Semoga dengan semangat 45 Indonesia mampu menjadi juara AFF tahun ini. Sekali lagi terima kasih. Makan malam  rasanya enak sekali walau hanya dengan tahu dan tempe,

Sopir taxi dan angkot bubar pertandinan telah usai. Semangat menular untuk mencari duit. Semua rakyat puas dan bergembira. Setelah pertandinhan semua orang seolah menjadi analisis bola membahas hasil pertandingan dengan versi masing masing. Itulah budaya indoneisa. Bola adalah jiwa kami. Oleh karena itu jangan lagi PSSI di isi orang orang jahat. PSSI adalah milik rakyat, kami bersdia iuran untuk kedigjayaan bola sepak negeri.

Salamsalaman

TD

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun