Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

[Catatan Budaya] Dari Petak Umpet Beralih ke Sepatu Roda

30 Oktober 2016   14:42 Diperbarui: 30 Oktober 2016   18:47 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasanya baru kemarin  teringat dengan permainan sepatu roda yang hanya dimiliki oleh anak anak Belanda.  Sepatu roda menjadi permainan termahal bagi anak pribumi ketika di masa penjajahan.  Orang tua tidak sanggup membeli sepatu roda yang harganya melebihi penghasilan sebulan.    Barang mewah yang bernama sepatu roda membuat anak pribumi hanya termanggu melihat anak anak bule bersilancar di taman kota.  Dalam pikiran anak pribumi  timbul angan angan kapan ya kami bisa juga bermain seperti anak londo itu.

 Merdeka 71 tahun ada buahnya juga, paling tidak saat ini anak anak kampung sudah bisa menikmati bagaimana nikmatnya berlari dengan sepatu roda,  Hari minggu setelah bapak bapak selesai barmain tennis, anak anak mulai memasuki lapangan.  Net telah dlepas sehingga mereka  leluasa bermain tanpa kuatir tertabrak ada kendaraan umum disana.  

Pemain bola tepok  yang sudah kecapean sambil tersenyum mempersilahkan anak anak bermain dilapangan tennis .   Seorang sahabatpensiunan  berguman " di zaman saya dulu sepatu roda hanya bisa dilihat tetapi tidak bisa dinikmati" 

Sumber : Koleksi TD
Sumber : Koleksi TD
Olahraga sepatu roda berasal dari negeri Belanda, diciptakan sekitar abad ke 17 oleh seorang penggemar ice skating. Dia ingin mengubah permainan ice skating menjadi permainan yang dapat bergerak di atas tanah atau jalan keras.  Tahun 1763 Joseph Marlin seorang teknisi Belgia dan pembuat alat-alat musik mencoba berlari dengan peralatan ice skating yang dilengkapi dengan roda kecil dari besi, tapi tidak bias berkembang pada waktu itu karena ada larangan pemerintah Belanda bermain sepatu roda di jalan raya. Tahun 1863 sorang bernama James Leonard Plimton’s pencipta “rocking Skate yang kemudian ia patenkan menjadi sangat popular, ia kemudian dijuluki “Bapak Pencipta Sepatu Roda”.

Dokumentasi foto serial diatas menggambarlkan bahwa anak anak sangat senang bersepatu roda.  Lihatlah betapa ceria wajah anak anak.  Liputan ini baru melaporkan permainan anak di lapangan tenis Komplek Bumi Harapan Permai.  Tadi pagi sewaktu  akan menuju lapangan tenis awak berpapasan dengan puluhan anak yang sedang asyiek bercanda ria sambil bersepatu roda. Dihari libur dalam suasana langit biru nan cerah dan udara yang nyaman anak anak itu bergabung dengan warga yang sedang berolahraga pagi.

Inikah perubahan zaman, dimana anak anak kecil tidak lagi melakukan permainan tradisional.  Entahlah, memang  sudah jarang menyaksikan anak anak bermain petak umpet, bermain loncat karet atau main klereng.  Nampaknya sepatu roda menjadi pilihan  utama walaupun orang tua harus merogoh saku sebanyak 200 ribu perak untuk sepasang sepatu roda,  Kehidupan orang tua anak anak kampung Bojong di Kelurahan Dukuh Jakarta Timur nampaknya pas  pas  saja. Sebagian besar mereka masih mengontrak rumah dan bekerja serabutan di Pasar Induk Kramatjati.

Sumber : Koleksi TD
Sumber : Koleksi TD
Sayang anak ternyata mengalahkan segalanya.dan  sepatu roda belanda itupun  hadir juga di perkampungan.   Biarlah anak anak itu bermain, terkadang terjatuh karena belum terbiasa naik sepatu roda,  Paling tidak kaki anak anak menjadi lebih kuat terutama di bagian sendi tumit.  Anak anak yang sudah pandai terlihat meluncur dengan tangkas di sepanjang jalan Bumi Pratama Bloulevar.  Tukang jualan bertebaran di sisi sisi jalan menjajakan makanan dan minuman.  Semua berbaur dalam keakraban dan kedamaian tak terpemgaruh dengan susana panasnya politik pilkada Jakarta.

Satu hal yang perlu diperhatikan anak anak sebagai seorang pemula dalam olahraga sepatu roda adalah alat alat pelindung untuk keselamatan.    Alat pelindung itu berupa helm khas sepatu roda dan balutan pada lutut dan siku tangan.  Tidak lain dimaksudkan alat alat perlindungan itu untuk menghindari terjadinya luka atau lecet ketika anak anak terjatuh atau terpeleset.   

Bermain sepatu roda tentu menguras tenaga, baik dilakukan di hari libur saja karena kalau dilakukan pada hari hari sekolah anak anak akan mudah capai.  Dengan demikian anak anak  tidak bisa kosentrasi belajar di malam hari karena lelah yang menyebabkan mereka mengantuk. 

Mudah mudahan anak Bojong suatu saat nanti ada yang menjadi atlit sepatu roda nasional.  Mereka akan berada dibawah naunagan pembinaan  Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (PORSEROSI) . Membership dari  Provisional Speed Skating and Provisional Figure Skating.  Alamat Porserosi  Gd. Direksi Gelora Bung Kamo Lt. 8,  Jl. Pintu I, Senayan  Jakarta  10270,  Siapa tahu dari sekedar bermain di lingklungan BHP akan muncul bakat luar biasa sehingga bisa membanggakan orang tua.  Yes berlatihlah terus nak,... 

Salamsalaman

TD 

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun