Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tax Amnesty Versi Mukidi

30 Agustus 2016   19:38 Diperbarui: 30 Agustus 2016   20:07 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: guardian.ng

Pada suatu hari di bulan Agustus 2016 Wakidi sedang rekreasi di Ibukota Jakarta.  Saudara sepupunya Sukidi mengajak berjalan jalan di Taman Monas. Mukidi Bin Mukodas Ibnu Afiat begitulah nama lengkap yang sedang di siapkan kerabatnya untuk keperluan menunaikan ibadah haji tahun sekian. Pasalnya untuk kepentingan pembuatan pasport di perlukan tiga suku nama. Maksudnya  tidak lain agar Mukidi asli tidak tertukar dengan Mukidi Mukidi lain yang sekarang banyak bermunculan di sosial media.

Di usia pensiun kondsi kesehatan Mukidi boleh dikatakan lumayan prima bersebab rajin olah raga jalan kaki.  Hanya saja sesuai dengan faktor usia maka terjadi penurunan fungsi  panca indra secara alamiah.   Soal selera makan Mukidi tidak perlu di kuatirkan karena makannya tetap banyak dan bersemangat sampai berkeringat.  Hanya saja fungsi pendengaran  dalam kondisi parah. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter ahli sepesialis telinga dan hidung serta tenggorokan Mukidi boleh dikatakan budeq 71 persen

Oleh karena itu pola komunikasi Mukidi dengan oarang lain agak terganggu, Berbicara dengan Mukidi harus menggunakan suara keras.  Sebaliknya Mukidi pun turut berbicara seperti orang berteriak teriak karena disangkanya semua orang budeq alias tuli seperti dia. Saudara saudaranya di kampong tidak tega memberi gelar Budeq, namun untuk menyenangkan hati Mukidi yang kini sangat terkenal di kancah nasional dan Internasional maka dia di sebut Pria Ganteng.  

Mukidi senang di sebut sebagai Pria Ganteng, padahal keponakannya tertawa terbahak bahak di belakang berhubung ena menurut mereka Ganteng itu bermakna Gangguan Pendengaran. Dalam kondisi Ganteng itulah ketika sedang asyik antri mau naik ke puncak Tugu Monas, kehadiran Mukidi diketahui oleh media massa. Serta merta berebutann WTS (wartawan Tanpa Surat Kabar) dan reporter tv mewawancarai Mukidi.  

 Reporter TV wawancara Mukidi terkait Tax Amnesty

 Reporter : Bagaimana tanggapan Bapak Mukidi tentang program pemerintah khususnya Tax Amnesty

 Mukidi  :  wah saya tidak suka naik Taxi soale dingin

 Reporter : ????!!!!!

 Mukidi : la iya serius, Taxi laen dengan dokar yak

 Reporter: pak bukan Taxi tapi Tax Amnesty

 Mukidi : ngarti ngarti , katanya naik taxi di jakarta kurang aman yak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun