Reshuffle untuk apa ? Â Itulah pertanyaan khalayak kepada Presiden Jokowi seiring dengan beredarnya issue pergantian Menteri Kabinet Kerja. Seperti biasa Jokowi menjawab pertanyaan wartawan secara diplomasi dengan empat kata saja : Itu Hak Preogratif Presiden.
Selesai sampai di jawaban Presiden itu saja kah issue akan  berhenti ? Tentu tidak.  Banyak tukang tukang ramal di negri ini yang coba mengutak atik susunan Kabinet.  Rekaan imajinasi itu seolah benar v seratus persen (A1), bisa dipercaya informasi akurat katanya dari orang terdekat. Dari ring satu.
Issue reshuffle berkembang dua bulan  terakhir, namun nampaknya Pak Presiden belum hendak lagi  menambal sulam kabinet.  Waktu  berjalan terus sesuai dinamika pergeseran PAN dan Golkar yang merapat ke pemerintah.  Seolah merapatnya dua parpol ini menggaungkan kembali soal jatah menteri sebagai timbal jasa.
Entah apa sebabnya terjadi tunda menunda reshuffle, atau memang tidak di perlukan ya Pak Jokowi gonta ganti menteri. Â Sejujurnya Presiden sudah me reshuffle kabinet satu kali tahun lalu. Â Rasanya itu sudah cukup. Â Ibarat kendaraan maka ban bocor sudah diganti, lampu sen yang mati sudah di perbaiki dan tempat duduk jok yang robekpun sudah diganti.
Ruh pergantian kabinet jilid satu katanya untuk memperbaiki kinerja Pemerintah. Â Menteri yang diganti bukan karena tidak cakap, namun salah tempat. Â Oleh karena itu dengan sopan santun Presiden tetap meng apresiasi menteri lama. Â Inilah salah satu bentuk diplomasi jokowi bak menarik benag dari tumpukan tepung.
Pemilihan personil profesional yang ahli dalam bidangnya memang merupakan pilihan terbaik dalam gonta ganti kabinet. Â Diluar alasan itu akan timbul sangka duga rakyat, Presiden sedang membalas jasa dengan mengorbankan kinerja.
Point yang ingin saya sampaikan disini, reshuffle itu tidak diperlukan lagi. Â Biarlah para menteri berkerja fokus sesuai dengan tangung jawabnya. Â Memang ada kegaduhan terjadi di antara para menteri, di sinilah letak peran Presdein dan Wapres untuk meng harmoni kan kinerja anak buahnya.
Salamsalaman
TD
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H