Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Obama Apresiasi Islam

5 Februari 2016   08:58 Diperbarui: 5 Februari 2016   09:31 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dokumentasi : Republikaonline"]

[/caption]

 

Berita

REPUBLIKA.CO.ID, BALTIMORE -- Untuk kali pertama selama menjadi presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama melakukan kunjungan resmi ke masjid di dalam negerinya. Pada kesempatan itu, Presiden Obama menekankan pentingnya sikap toleransi dan membela hak-hak Muslim dari serangan Islamofobia.   Seperti dilaporkan Reuters, Rabu (3/2), AS dinilai sedang berada dalam tensi yang tak menguntungkan bagi kaum Muslim. Sentimen populer terhadap Islam menguat, sehingga mengancam eksistensi kaum muda AS yang memeluk iman terhadap Allah dan Nabi Muhammad SAW itu.

Opini

Obama menanggalkan sepatu kemudian memasuki bagian dalam Masjid Islamic Society of Baltimore Maryland. Sungguh suatu adab yang patut di ajungkan jempol atas perilaku ber bentuk penghormatan luar biasa dari Orang Nomor 1  Amerika Serikat tehadap Baitullah. Kunjungan Obama ke Masjid memberikan makna penting bagi kehidupan Muslim di Amerika Serikat dan juga umat Islam di seluruh dunia.  Inilah sikap resmi Pemerintah Amerika Serikat sebagai bentuk  perlindungan kepada umat manusia apapun agama yang dianutnya.

Sikap ini menunjukkan Obama memang Presiden yang anti diskriminasi.  Presiden Obama menekankan pentingnya sikap toleransi dan membela hak-hak Muslim dari serangan Islamofobia. Kesadaran bahwa setiap anak manusia dilahirkan tidak bisa memilih merupakan cermin dari apresiasi Obama kepada Islam.  Takdir yang menentukan apakah dia ber kulit putih atau kulit hitam, bermata sipita atau bermata blok. Berambut ikal atau lurus, berhidung mancung atau setengah pesek, semua adalahketetapan  Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pada hakekatnya manusia tidak bisa memaksakan kehendak kepada Sang Pencipta mau berbentuk apa batang tubuhnya.  Demikian pula manusia tidak bisa memastikan di bumi mana tempat dilahirkan.   Oleh karena itu sikap antar  sesama manusia seharusnya tidak boleh mempersalahan lagi perbedaan Suku, Agama, Aas dan Antar  Golongan  (SARA) ketika mereka ber silaturahim di pergaulan bebas.

Sikap Presiden Obama paling tidak memberikan rasa nyaman bagi warga negara Amerika Serikat yang menganut Agama Islam.  Demikian pula bagi para turis dan juga mahasiswa muslim yang sedang menuntut ilmu di negeri Paman Sam.  Paling tidak Sikap Presiden menjadi acuan utama bagi warga negara Amerika Serikat bagaimana toleransi itu bisa di hidupkan antara umat beragama dalam suasana saling menghormati.  Tidak ada lagi saling ancam dan menakut nakuti terkait tuduhan issue issue terorist.

Indonesia sebagai negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia dengan ideologie Pancasila sebenarnya sejak kemerdekaan sudah memastikan bahwa kehidupan beragama di jamin oleh negara.  Kalaupun ada pihak pihak yang memakai simbol simbol agama untuk melakukan  kekerasan maka patut dipertanyakan apakah sikap tersebut merupakan ajaran agama yang mereka. anut.

Semua itu berawal dari sikap Fanatik sempit berlebihan yang mengangap diri paling benar dan selalu menyalahkan kelompok lain. Pemahaman salah itu yang sering menimbulkan gesekan gesekan sosial. Khusus bagi umat Islam bahwa keyakinan di utus Rasulullah Nabi Muhammad SAW ke  muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.  Lebih jauh dari itu Islam adalah agama rahmatan lil alamin.  Islam menjanjikan Rahmat bukan saja kepada umat manusia tetapi untuk seluruh makhluk di muka bumi asalkan dalam berkehidupan istiqomah berpedoman kepada Al Qur'an dan Hadist.

Semoga kita semakin menyadari bahwa sebagai manusia sosial pada hakekatnya tidak bisa hidup sendiri. Ketergantungan seseorang kepada orang lain sangat besar sekalii.  Oleh karena itu sikap saling tolong menolong dalam kebersamaan menjadi aturan univeral dalam kehidupan keseharian. Kenapa hars mempersalahkan lagi takdir kelahiran, toh yang membedakan antar anak manusia itu adalah seberapa besar dirinya bisa bermanfaat dalam kebaikan untuk sesama.

Salamsalaman

TD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun