Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fokus dan Optimal kan Apa yang Ada

22 Januari 2016   15:30 Diperbarui: 22 Januari 2016   18:45 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Gambar :kpadd.bengkayangkab

 

Terkadang kita masih mencari kesibukan lain, sementara pekerjaan yang sedang di lakoni pada saat yang bersamaan masih cukup banyak. Itulah mungkin type manusia yang tidak pernah merasa puas.  Padahal kalau pekerjaan yang sudah ada  ditekuni secara optimal bisa jadi hasilnya akan lebih memuaskan.

Saya juga pernah mengalami proses kegalauan manajemen seperti itu.  Namun setelah berjalannya waktu dan bertambahnya usia maka saya di sadarkan bahwa yang sudah dimiliki itu  harus di syukuri.  Di syukuri dalam artian,  harta benda atau asset lainnya berupa pemikiran, kesempatan dan jejaring wajib di optimalkan nilai manfaatnya.

Nilai manfaat itu akan lebih bermakna apabila tidak dirasakan sendiri tetapi juga dirasakan oleh orang lain.  Semakin banyak orang disekitar kita atau sesiapapun yang bisa merasakan kesenangan karena nilai tambah tersebut maka semakin besar pula kebahagiaan yang akan menyelimuti hati.

Sebagai contoh, saya memiliki asset 1600 tulisan di kompasiana. Tulisan yang sekian banyak itu nampaknya seperti ditelantarkan.  Setelah posting, kemudian mendapat penghargaan HL, TA atau paling tidak apresiasi dari sobat yang berkenan singgah, maka akhirnya posting itu tertinggal menyepi sendiri.

Itulah kesadaran intelektual yang muncul beberapa minggu lalu ketika membuat resensi beberapa buku sobat kompasianer.  Terhentak pikiran kenapa saya selama ini lalai sehingga dalam 2 tahun terakhir tidak satupun  buku yang di terbitkan.  Berkah dari kesadaran diri tersebut, saya mulai melihat kembali file ratusan tulisan.

Ada rasa takjub, bagaimana bisa saya bisa menulis seperti itu.  Bukan penilaian subjektif tetapi ada suatu perasan bangga bahwa saya masih bisa menulis dengan sepenuh hati sehingga serasa ada ruh dalam setiap tulisan tersebut.  Jadi rasanya sangat dhoif apabila karya itu ditingggal sendiri tanpa bisa dibaca lagi oleh orang lain.

Baiklah, ujung dari introspeksi tersebut, saya mulai memilah dan memilih tulisan berdasarkan genre.  Kemudian posting di kompasiana yang lebih 3 tahun tak di toleh saya copy, dikumpulkan dalam format word.  Saya  mendapat kebahagiaan sendiri, Insha Allah berkat  doa keluarga tersayang saya akan menerbitkn kembali beberapa buku di tahun 2016.

Buku yang sedang dirancang itu di kelompok kan menjadi

  1. Rumah Sakit  Polri
  2. Masjid Jami An Nur
  3. Keluarga Petokayo
  4. Wonderfull Tempino
  5. kompasiana
  6. Jakarta
  7. Indonesia Raya
  8. Love Islam
  9. humaniora

Ya dari sisi asset tulisan inilah optimalisasi pekerjaan yang sudah dimiliki.  Nantilah saya ceritakan pula optimalisasi dari sisi sisi lain kehidupan.  Terima kasih atas nikmat karunia yang dilimpahkan Allah SWT, semoga nikmat itu bisa pula ditebarkan untuk kemaslahatan umat.

 

Salamsalaman

TD

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun