Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

[Resolusi 2016] Kompasiana Harus Mengalahkan Detik.com

28 Desember 2015   12:24 Diperbarui: 28 Desember 2015   14:19 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini terinspirasi oleh kegelisahan Media Cetak. Kegelisahan itu seiring dengan akan terberanggusnya koran cetak dari bumi ini akibat kemajuan teknologi digital.  Lambat laun dan tidak bisa di cegah warga lebih memilih mencari berita melalui alat komunikasi yang ada di genggamannya. Koran akan menjadi masa lalu sehubungan perusahaan mengalihkan iklan ke media elektronik. Iklan sebagai vitamin mujarab koran hengkang beralih ke media sosial akibat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi.

Sejatinya kini pemberitaan itu hanya berganti baju yaitu dari kertas koran ke layar monitor.  Perubahan itu dianggap sebagai suatu revolusi spektakuler di dunia pemberitaan. Berita aktual tetap mengalir hanya saja jalur berita itu tidak lagi melalui koran namun berita secara cepat bisa diterima di genggaman seseorang. Koran mendapat pesaing. Fakta menegaskan pesaing itu mohon maaf lebih unggul dalam semua hal ditinjau dari sisi kecepatan, kesempatan dan jangkauan wilayah. 

Di balik itu semua semangat jurnalistik tak kan pernah luntur. Pemberita atau sebut saja wartawan termasuk citizen jurnalist tidak perlu kuatir atas perubahan ini. Tukang kabar  tidak kehilangan pekerjaan seperti buruh mesin cetak. Pemberita tetap eksis mengirimkan berita ke media sosial online. Konsumen tidak perlu lagi bangun pagi pagi mencari koran, kini berita telah terhidang di meja makan ketika gadget ada di genggaman. Hari libur di mana koranpun ikut libur di tanggal merah bukan hambatan lagi untuk menunggu berita aktual.

Tahun 2016 dan seterusnya adalah era pemberitaan online. Detik.com dan media sejenisnya termasuk kompasiana semakin berjaya sementara koran cetak terseok-seok memenuhi target dan sebentar lagi kan punah.  Media online akan semakin semarak terlebih penerbit koran sudah mengalihkan kosentrasi pemberitaan fokus menggalakkan pemberitaan online dengan tetap menggunakan ikon koran yang katanya sudah terkenal itu. Sementara ini memang Detik.com berada di urutan pertama sedangkan media online lain mengikuti dengan sedikit bersabar berupaya merebut pangsa konsumen

Menyimak revolusi media ini  ada baiknya pengelola Kompasiana.com mengambil atau memanfaatkan peluang perubahan era teknologi digital ini dengan lebih mengandalkan reporter warga (citizen jurnalis).  Kang Pepih Nugraha sebagai proklamator kompasiana tentu sudah melihat peluang pengembangan kompasiana ke arah yang lebih modern dan maju. Pertimbangan ini diambil berdasarkan kekuatan (strength) Kompasiana yang memiliki member hampir di seluruh pelosok bumi. Kekuatan maha dahsyat ini sejujurnya menakutkan bagi pesaing karena mereka tidak mempunyai jaringan sehebat kompasiana. Oleh karena itu  reportase  warga harus menjadi andalan utama di samping tetap menjaga tulisan yang berbentuk opini dan fiksi sebagai corak khas Kompasiana.

Eksistensi kekuatan citizen journalist ini diperkuat lagi dengan adanya  Pengakuan Istana yang memutuskan mendapuk 2 orang reporter warga (Kompasianer ) ikut dalam kunjungan kerja Presiden. Pencari berita kini mulai memperhatikan pemberitaan kompasiana karena disini mereka mendapatkan berita faktual dan aktual khususnya dengan kegiatan orang nomor satu di Indonesia.  Inilah prestasi luarbiasa yang dicatat sebagai sejarah jurnalis Indonesia bahkan dunia seperti yang di utarakan Kang Isjet ketika pemberitaan bergenre humaniora mengalir dari blusukan Jokowi. Dampak positif Iklan pun akan menyerbu kompasiana. 

Resolusi 2016 kompasiana.com  harus mengalahkan rating detik.com.  Artinya, ketika seluruh penduduk Indonesia mencari berita maka yang ada dalam memori mereka adalah kompasiana.com (bukan lagi detik.com). Inilah Tantangan. Peluang itu sesungguhnya ada di depan mata dan manajemen kompas.com harus melihat celah ini dari segala sisi.  Kompasiana yang  tadinya hanyalah anak bawang di kompas group kini telah berkembang luar biasa. Ada baiknya menurunkan tim ahli plus konsultan tingkat internasional guna memperkuat kompasiana agar resolusi atau cita cita menjadi yang terbaik, terunggul dan terdepan dalam pemberitaan online terwujud.

Ilustrasi Dokumentasi Foto : Admin Kompasiana

Salamsalaman

TD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun