Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menebarkan Semangat Optimis Bapak Presiden Joko Widodo

14 Desember 2015   13:24 Diperbarui: 15 Desember 2015   12:39 1416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi Apa Adanya

Ketika memasuki ruangan pertemuan Istana Negara, awak sengaja memilih duduk di kursi meja bundar terdepan.  Terdepan dekat dengan tempat duduk Bapak Presiden Joko Widodo.  Kebetulan di meja terdepan itu masih tersedia 1 kursi kosong, tampak sudah duduk sobat AlJohan. Mas Syaripuddin Sayuti, sobat Fadli dari Pulau Kundur Batam dan Mbak Wisli putri  Ibu Christie Damayanti.  Satu kursi lagi untuk Staf Ahli Khusus Kepresidenan Bapak Sukardi Rinakit.  Ketika Presiden ke - 7 menyampaikan sambutan,  jarak Beliau dengan meja kami hanya 3 meter saja,  dekat sekali.  Pada posisi duduk yang sangat dekat itulah awak leluasa memperhatikan dengan lamat dan cermat bahasa tubuh orang nomor satu di Indonesia.

Kesan pertama tampak Beliau sederhana bahkan sangat sederhana untuk ukuran seorang Presiden Negara dengan peduduk terbanyak ke-4 di dunia. Apabila selama ini hanya menyaksikan Presiden tampil melalui media elektronik maka kini dalam durasi yang cukup lama awak merenung sembari memperhatikan inilah Presiden kita.  Inilah Jokowi apa adanya. Presiden 250 juta Rakyat Indonesia di pundaknya terletak tanggung jawab besar untuk  memakmurkan negri sesuai amanat UUD 45 dan Pancasila

Apa makna perenungan itu. Terkesan Jokowi sepenuh hati ingin membangun Indonesia Raya.  Tidak nampak kemegahan melekat pada dirinya padahal semua bisa didapat.  Ada ketulusan hati membangun bangsa ini, tidak ada sikap arogansi sok kuasa khas oknum birokrat. Ucapan dan ungkapan Presiden selama berbicara semua ter fokus bagaimana membangkitkan rasa optimisme bahwa Indonesia adalah bangsa besar. Bangsa yang pernah jaya dan menjadi Macan Asia. 

Pak Jokowi bukanlah seorang motivator, namun dengan menjelaskan secara rinci dan sistematis bagaimana kondisi sebenarnya Indonesia saat ini awak berkeyakinan Pak Jokowi paham apa yang dia kerjakan. Disamping itu pengenalan medan yang nyaris sempurna namun Presiden masih  mengeluhkan gontok gontokan antar sesama warga.  Perselisihan itu bukan karena SARA saja, namun hal hal sepele terkadang dijadikan besar untuk dijadikan alasan saling serang menyerang. 

Kenapa bangsa ini sedemikian emosional, kenapa kita berantem antar sesama warga. So Program Revolusi Mental memang jawaban tepat dengan satu syarat ada keteladanan dari pucuk pimpinan nasional seperti yang di dawamkan Presiden. Semoga saja seluruh punggawa pemerintahan disetiap sektor  dari pusat hingga daerah mendahului revolusi mental pada dirinya masing masing yaitu dengan merubah mind set dilayani menjadi melayani. 

Secara berguyon Beliau mengikuti perseteruan antara lover dengan hater di kompasiana. "Persaingan Saya dan Pak Prabowo sudah selesai Pasca Pilpres 2014, kenapa juga yang dibawah masih saja berseteru, nantilah di tahun 2019 kita berlaga lagi" 100 kompasianer nan hadir di ruang megah bersejarah merasa tersipu sedikit malu.

 

Musuh Kita Bukan Bangsa Sendiri

Presiden mengatakan musuh atau lawan kita sebenarnya adalah bangsa lain dalam pengertian bagaimana kita secara serius meningkatkan kemampuan bangsa agar mampu bersaing.  Seandainya didalam negeri masih saja berseteru kapan kita bisa melaksanakan pembangunan nasional.  Posisi ketertinggalan (pada semua aspek kehidupan) dari negara tetangga harus kita kejar melalui kebersamaan dalam Persatuan Indonesia.

Presiden memberikan ilustrasi perbandingan dengan negara tetangga. Mereka  telah selesai dengan infra strutur 10 - 20 tahun lalu, jalan tol dan fasilitas publik telah selesai dibangun sedangkan kita hanya mampu membangun jalan tol sekian puluh kilometer sejak merdeka. Pada diskusi singkat dengan Bapak Sukardi Rinangkit Staf Ahli Khusus Kepresidenan, Pemerintah saat ini menggenjot pembangunan infra struktur baik itu jalan tol , pelintasan kereta api dan perhubungan laut. Kosentrasi penuh peningjkatan kualitas sarana dan prasarana transportasi ini tidak laon dimaksudkan untuk menggeliatkan pertumbuhan ekonomi di daerah seluruh Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun