Gaya Hidup Sehat
Peng-abai-an kualitas derajat kesehatan sepertinya berhubungan erat dengan gaya hidup. Gaya hidup yang " sembarangan" dapat dipastikan akan mempengaruhi kualitas kesehatan seseorang yang tentu juga berdampak kepada orang di sekelilingnya. Bukan saja sisakit menyiksa dirinya sendiri, lebih jauh dari itu keluarganyapun ikut direpotkan mengurus segala macam keperluan. Keperluan standard ketika dibebani biaya pengobatan dan perawatan yang tidak sedikit dan juga waktu yang terbuang karena terkuras mengurusi sesutau yang tidak produktif.
Sebenarnya gaya hidup sehat itu berpulang kepada masing masing individu. Kementerian Kesehatan melalui seabrek program, mulai dari upaya promotif, preventif sampai kepada curatif berujung di rehabilitatif hanya bisa bertindak ketika petugas kesehatan melaksanakan tugas pada institusi kesehatan. Walaupun penyuluh kesehatan berbusa busa memberikan pembelajaran hidup sehat dan bersih namun apabila warga acuh tak acuh maka semua menjadi sia sia saja.
Walaupun BPJS Jesehatan sudah dicanangkan dengan segala kemudahan plus keruwetan namun apabila warga tetap saja menganut gaya hidup sembarangan maka Ibu Menteri Kesehatan hanya bisa mengelus dada. Tidak ada upaya paksa untuk menindak warga yang memiliki gaya hidup tidak sehat. Hak Azazi Manusia bisa jadi dikemukakan ketika intervensi Pemerinah terlalu mengatur ngatur rakyat terkait masalah sehat sakit, apalagi rakyat bagi warga yang memiliki harta berlebih. Akan muncul jawaban justifikasi yang biasanya berbunyi, tubuh tubuh gue, terserah gue sendiri mau gue apain" Nah kalau sudah begitu jawaban Pak Mantri Kesehatan dan Suster Puskesmas hanya satu saja yiutu , "baeklah kalo beghito.
Terkait dengan Motto Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke - 51 Tanggal 12 November 2015 Generasi Cinta Sehat Siap membangun Negeri ada pesan sederhana dari warga yang pernah berkirah di bidang kesehatan selama 35 tahun. Pesan sederhana dan mudah dilakukan itu adalah agar Kementerian Kesehatan All Out menangani masalah kesehatan rakyat kecil. APBN yang dialokasikan untuk upaya kesehatan agar diprioritaskan kepada kaum marjinal, jangan sampai terjadi lagi rakat terpapar menderita kekurangan gizi. Disamping itu gerakan menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai cermin Derajat Kesehatan satu Negara hendaknya menjadi prioritas utama pula. Pemberdayaan secara optimal dan puskesmas dan posyandu sebagai ujung tombak deteksi dini masalah kesehatan wajib hukumnya di blusuki dari hari kehari oleh Ibu Menteri Kesehatan. Itu saja
Salamsalaman
TD
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H